Peningkatan Budaya Literasi Untuk Indonesia Emas
PENINGKATAN
BUDAYA LITERASI UNTUK INDONESIA EMAS
Frendi
Ihwan Syamsudin
Pendidikan
Fisika, Universitas Sebelas Maret
Abstrak
Budaya
merupakan hasil karya, cipta, dan rasa manusia. Budaya merupakan peradaban
turun temurun yang tidak terlepas dari ilmu pengetahuan. Literasi adalah
kemampuan membaca dan menulis. Literasi sangat mempengaruhi kualitas pendidikan
di Indonesia. Saat ini minat baca-tulis masyarakat Indonesia masih sangat
rendah. Berdasarkan ranking terbaru yang dikeluarkan oleh UNESCO, Indonesia
berada di urutan 60 dari 61 negara. Hal itu menunjukkan bahwa minat baca-tulis
masyarakat Indonesia masih setaraf dengan negara-negara di benua Afrika.
Rendahnya minat baca-tulis disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah
faktor kebiasaan membaca dan menulis yang dapat mengakibatkan menurunnya
kualitas pendidikan di Indonesia. Untuk mengatasi hal itu, maka diperlukan
suatu usaha yang dapat meningkatkan minat baca-tulis masyarakat. Dengan usaha
itu diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca
dan menulis untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Kata
Kunci : Budaya, Literasi, Kebiasaan, Meningkatkan, Indonesia Emas 2045
A. Pendahuluan
Masyarakat
memiliki keragaman budaya, budaya berasal dari akal. Budaya dalam masyarakat
terbentuk karena adanya kebiasaan dan fasilitas alam yang mendukung
terbentuknya budaya. Budaya masyarakat merupakan peradaban turun temurun yang
tidak terlepas dari ilmu pengetahuan. Budaya adalah sebuah proses berfikir yang
dipengaruhi oleh agama (keyakinan hati), politik (aturan), bahasa (komunikasi),
pakaian (perlindungan diri), bangunan (karya), dan seni (rasa). Sehingga budaya
merupakan hasil karya, cipta, dan rasa manusia.
Literasi
adalah kemampuan membaca dan menulis. Literasi sangat mempengaruhi pendidikan
di Indonesia. Kualitas pendidikan yang baik dapat diraih apabila peserta didik
memiliki kemauan untuk belajar. Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan
dengan tujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Belajar dapat dilakukan dimana
saja dan kapan saja. Salah satu usaha belajar adalah membaca dan menulis.
Membaca sangat erat kaitannya dengan menulis. Membaca dan menulis harus
dipadukan agar mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Sehingga
untuk menjadi bangsa yang maju perlu dilakukan upaya peningkatan budaya
literasi. Budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berfikir yang
diikuti oleh sebuah proses membaca dan menulis yang pada akhirnya akan
menciptakan karya. Dengan usaha meningkatkan budaya literasi berarti telah
mendukung upaya pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, yaitu
masa-masa keemasan Indonesia yang akan dikelola oleh para pemuda yang memang
telah mengemban amanah sebagai generasi penerus bangsa yang cerdas dan
bertanggung jawab.
B. Pentingnya
Budaya Literasi
Literasi
adalah kemampuan membaca dan menulis. Membaca adalah kegiatan menggali
informasi dari tulisan yang dilakukan dengan indra pengelihatan yang kemudian
diproses lebih lanjut menggunakan akal. Membaca sangat bermanfaat untuk kita.
Dengan membaca, kita dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita menjadi
lebih luas. Menurut Anderson (1985), membaca merupakan dasar keberhasilan
seseorang, bukan hanya di sekolah, tetapi juga di segala bidang kehidupan.
Membaca mempunyai keterkaitan dengan menulis. Menulis adalah kegiatan mengingat
kembali apa yang kita baca dengan menuliskannya pada kertas atau media tulis
lain.
Membaca
dan menulis merupakan dua hal yang saling berhubungan. Menurut Agus M. Irkham,
menyatakan bahwa seringkali nkita menghubungkan antara minat baca dengan
kemampuan menulis. Jadi apabila kebiasaan membaca sudah menjadi kebiasaan
hidup, dengan sendirinya kita akan mudah menulis. Hubungan antara membaca dan
menulis sangat ketat, meski tidak seketat hubungan antara mendengar dan
berbicara. Untuk dapat menulis, kita harus membaca. Membaca adalah sarana utama
menuju keterampilan menulis.
Di
dalam dunia akademik, membaca dan menulis sebagai salah satu aspek untuk
memenuhi kurikulum sekolah atau perguruan tinggi. Media untuk membaca biasanya
adalah buku. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal istilah bahwa buku
adalah jendela ilmu. Buku sebagai media transformasi dan penyebarluasan ilmu
dapat menembus batas-batas geografis suatu negara, sehingga ilmu pengetahuan
dapat dikomunikasikan dan digunakan dengan cepat di berbagai belahan dunia. Aktifitas
membaca buku harus ditingkatkan. Kita bisa mendapatkan buku bacaan dari
perpustakaan, membeli, maupun meminjam.
Membaca
dan menulis merupakan dua hal yang saling berkaitan yang merupakan sarana untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia. Sehingga budaya literasi sangat penting,
karena dengan membaca dan menulis kita dapat meningkatkan kualitas hidup serta
menjauhkan kita dari jurang kebodohan dan kemiskinan. Apabila masyarakatnya
gemar membaca dan menulis, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju dan
sejahtera.
C. Hubungan
Literasi Dengan Dunia Pendidikan
Pendidikaan
yang berporos pada kemampuan nalar sering menjadi topik dalam dunia pendidikan.
Kemampuan bernalar dalam konteks ini mencakup daya berpikir logis, keterampilan
mengolah informasi dari bacaan, dan kemampuan menyimpulkan dengan pemikiran
sendiri. Dalam disiplin ilmu pendidikan, kemampuan nalar sangat berkaitan erat
dengan literasi.
Dalam
hal ini literasi tidak lagi dimaknai sempit yang hanya terbatas pada kemampuan
membaca dan menulis. Konsep literasi berkaitan dengan kemampuan untuk memaknai
teks seperti huruf, angka, dan simbol-simbol tertentu. Kemampuan literasi yang
tinggi mampu menghasilkan daya literasi tinggi. Seseorang yang mempunyai daya
literasi tinggi mampu mengolah informasi dari teks yang dibaca kemudian
disimpulkan dan mengambil keputusan. Untuk bisa mempunyai daya literasi tinggi,
seseorang harus dapat membaca, menulis, memaknai teks bacaan, menganalisis teks
dengan baik, dan mengambil kesimpulan tentang apa yang dibaca dengan pemikiran
sendiri.
Literasi
menjadi poros upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Oleh sebab itu literasi
merupakan sumbu pusaran pendidikan. Menurut laporan UNESCO tahun 2006, dinyatakan
bahwa literasi adalah hak dasar manusia sebagai bagian esensial dari hak
pendidikan. Terpenuhinya hak literasi memungkinkan masyarakat untuk dapat
mengakses informasi, mengetahui perkembangan pengetahuan teknologi, aturan
hukum, dan mampu memanfaatkan kekayaan budaya. Dengan adanya literasi dapat
memajukan dunia pendidikan di Indonesia.
Literasi
sangat berhubungan erat dengan dunia pendidikan. Ruang lingkup literasi adalah
membaca dan menulis yang merupakan salah satu usaha belajar untuk memperoleh
ilmu pengetahuan. Dengan adanya daya literasi tinggi, masyarakat khususnya
pelajar mempunyai semangat untuk terus belajar. Dengan demikian kualitas
pendidikan di Indonesia akan lebih baik dan mengalami peningkatan. Jadi,
hubungan antara literasi dengan dunia pendidikan adalah kemampuan literasi yang
tinggi akan meningkatkan kualitas pendidikan.
D. Penyebab
Rendahnya Budaya Literasi
Minat
baca-tulis atau yang dikenal dengan literasi pada seseorang dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca dapat berupa faktor
personal dan institusional. Faktor personal adalah faktor yang muncul dari
dalam diri sendiri. Contohnya usia, intelegensi, jenis kelamin, kemampuan
membaca, sikap dan tingkah laku, serta kebutuhan psikologis. Sedangkan faktor
iinstitusional adalah faktor yang datangnya dari luar. Contohnya statua sosial
dan ekonomi, pengaruh teman, pengaruh orang ttua, ketersediaan bahan bacaan,
pengaruh media elektronik, dll.
Minat
baca-tulis masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan remaja saat ini masih
sangat rendah. Faktor penyebab rendahnya minat baca-tulis di kalangan remaja
yang masih duduk di bangku sekolah antara lain :
1.
Faktor Lingkungan
Lingkungan
merupakan aspek yang paling utama dalam membentuk kepribadian seseorang. Lingkungan
dibedakan menjadi tiga, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
a.
Lingkungan Keluarga
Lingkungan
keluarga adalah lingkungan yang pertama kali kita kenal. Di dalam keluarga,
kepribadian kita dibentuk oleh orang tua, begitu pula dengan minat baca-tulis.
Anak akan meniru perilaku orang tua. Apabila orang tuanya rajin membaca dan
menulis, maka minat baca-tulis anak akan tinggi. Namun, apabila orang tua malas
untuk memperkenalkan budaya membaca dan menulis, maka minat baca-tulis anak
rendah.
b.
Lingkungan Sekolah
Sekolah
merupakan lingkuangan keluarga kedua. Di sekolah ini, anak akan diasuh oleh
guru sebagai orang tua kedua. Guru harus menanamkan minat baca-tulis kepada
muridnya. Namun semua itu tergantung kepada kemampuan guru dan murid. Boleh dikatakan
gurunya mampu mempengaruhi, tetapi muridnya tidak mampu menerima. Atau bisa
jadi muridnya sangat antusias, tetapi gurunya tidak semangat. Hal itulah yang
dapat membuat minat baca-tulis remaja menjadi rendah.
c.
Lingkungan Masyarakat
Lingkungan
masyarakat merupakan tempat melakuka aktivitas keseharian kita. Oleh karena
itu, lingkungan masyarakat turut memberikan pengaruh yang besar pula.
Lingkungan masyarakat dapat disebut juga dengan teman, sahabat, dunia kerja,
dan masyarakat sekitar kita. Seseorang yang memiliki teman atau sahabat yang sukanya malas-malasan akan terpengaruh
untuk bermalas-malasan juga. Sehingga minat baca-tulis menjadi rendah.
2.
Teknologi Yang Semakin Canggih
Perkembangan
teknologi yang semakin canggih tidak diimbangi pengawasan dan pengendalian
dalam penggunaannya mengakibatkan munculnya berbagai dampak negatif. Generasi
muda merupakan pengguna terbesar dari kemajuan teknologi. Mereka tertalu
dimanjakan dengan dunia maya, sehingga mereka melupakan waktu untuk membaca
buku. Dengan demikian, kemampuan dan minat baca-tulis semakin menurun.
3.
Kurangnya Dorongan Untuk Membaca Dalam
Pembelajaran
Metode
pembelajaran yang sering diterapkan di sekolah-sekolah adalah metode penjelasan
dari guru. Dengan metode ini, siswa hanya disuruh untuk mendengarkan atau hanya
berperan sebagai penerima saja. Siswa tidak dituntut aktif untuk mencari bahan
belajar sendiri, sehingga siswa tidak mempunyai keinginan untuk membaca
materi-materi pembelajaran. Dengan demikian, minat baca-tulis menjadi rendah.
4.
Kurangnya Kesadaran
Banyak
masyarakat, khususnya remaja yang tidak sadar akan pentingnya membaca dan
menulis dalam kehidupan ini. Mereka menganggap bahwa hidup ini hanya sekedar
rutinitas saja. Padahal membaca dan menulis adalah suatu kebutuhan dalam dunia
pendidikan. Dengan demikian, orang yang tidak sadar akan pentingnya membaca dan
menulis akan mempunyai minat baca-tulis yang rendah.
5.
Rendahnya Motivasi
Rendahnya
minat baca-tulis juga disebabkan oleh kurangnya motivasi di dalam diri
seseorang. Motivasi dari berbagai pihak sangat dibutuhkan. Di sekolah, pemberi
motivasi adalah guru. Sedangkan di rumah pemberi motivasi adalah orang tua. Ada
kalanya guru dan orang tua memiliki kesibikan lebih yang menyebabkan menurunnya
pemberian motivasi kepada anak. Motivasi yang rendah juga akan menyebabkan
tendahnya minat baca-tulis.
6.
Kondisi Perpustakaan Yang Kurang Menarik
Kondisi
perpustakaan di Indonesia secara umum masih sangat memprihatinkan. Banyak
ulasan-ulasan tentang begitu menyedihkannya kondisi perpustakaan di Indonesia.
Koleksi buku perpustakaan yang kurang lengkap dan ketidakmampuan petugasnya
untuk memanagemen perpustakaan menjadi
sah satu penyebab siswa malas untuk datang ke perpustakaan. Hal ini menyebabkan
minat baca-tulis menjadi rendah.
7.
Kurangnya Referensi Buku Di Perpustakaan
Ketersediaan
buku merupakan faktor utama yang dapat menciptakan suasana kondusif untuk
membaca. Referensi buku yang terbatas menyebabkan minat baca di kalangan
generasi muda menurun. Jangankan untuk membaca, mendatangi perpustakaan saja
tidak mau, karena keterbatasan referensi buku. Hal ini membuat minat baca-tulis
menjadi rendah.
8.
Suasana Perpustakaan Yang Kurang Nyaman
Penataan
ruangan dan penataan buku yang kurang rapi menjadi alasan peserta didik enggan
untuk mendatangi perpustakaan. Selain itu pelayanan, sirkulasi udara, pencahayaan
juga turut menjadi pertimbangan untuk mengunjungi perpustakaan. Sehingga hal
ini dapat menurunkan minat baca-tulis masyarakat, khususnya remaja.
E.
Akibat Yang Ditimbulkan Dari Rendahnya
Budaya Literasi Di Indonesia
Rendahnya
budaya literasi (minat baca-tulis) dapat menimbulkan akibat yang merigikan bagi
bangsa Indonesia. Adapun akibat yang ditimbulkan dari rendahnya minat
baca-tulis di kalangan remaja antara lain adalah :
1.
Remaja kesulitan untuk memahami, menguasai,
mentransfer, dan menggunakan ilmu pengetahuan serta menerapkan teknologi untuk
hal-hal yang bermanfaat.
2.
Keterbatasan ilmu pengetahuan menjadikan
seseorang memiliki dasar yang dangkal di dalam kepribadiannya.
3.
Remaja akan mudah dipengaruhi oleh pemahaman-pemahaman
yang negatif.
4.
Kreatifitas seseorang tidak akan
berkembang karena tidak mempunyai referensi yang banyak untuk memunculkan
ide-ide kreatif.
5.
Tidak dapat mengetahui informasi
terbaru, sehingga sulit untuk mengembangkan diri, baik memajukan diri sendiri
maupun lingkungannya.
6.
Generasi muda menjadi miskin akan
wawasan, karena tidak adanya pemahaman dan wawasan yang cukup terhadap ilmu
pengetahuan dan mengenai apa yang sedang atau akan terjadi.
7.
Remaja cenderung kurang peduli terhadap
apa yang terjadi dengan lingkungannya dan memilih menutup diri demi mengikuti trend yang sedang populer.
8.
Bangsa Indonesia akan kehilangan aset
terpenting, yaitu pemuda. Hal ini disebabkan karena para pemuda tidak mempunyai
keinginan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap bacaan sejarah bangsa Indonesai
dan kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan.
F.
Strategi Meningkatkan Budaya Literasi
Berikut
ini adalah strategi yang digunakan untuk meningkatkan budaya literasi (minat
baca-tulis) di masyarakat, khususnya para remaja.
1.
Meningkatkan jumlah perpustakaan yang
ada.
Strategi
ini dapat dilakukan dengan membangun perpustakaan baru, baik itu perpustakaan
nasional, perpustakaan daerah (provinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa),
maupun perpustakaan sekolah. Hal itu dapat dilakukan dengan membangun gedung
baru atau memanfaatkan gedung yang tidak terpakai lagi untuk dibuat
perpustakaan. Sehingga dengan bertambahnya jumlah perpustakaan, diharapkan
masyarakat dapat leluasa memilih perpustakaan mana yang akan mereka kunjungi.
Dengan demikian minat baca-tulis masyarakat menjadi tinggi.
2.
Memperbaiki dan meningkatkan layanan
perpustakaan
Layanan
perpustakaan harus diperbaiki dan ditingkatkan sebaik mungkin. Dengan
diperbaikinya layanan perpustakaan, buku dan ruangan menjadi teratur. Sehingga
diharapkan minat-baca masyarakat Indonesia akan semakin tinggi.
3.
Membudayakan cinta baca-tulis
Membudayakan
cinta baca-tulis dapat dimulai dari keluarga. Orang tua harus mengajarkan
membaca dan menulis kepada anaknya. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkan
minat baca-tulis kepada anak-anak melalui buku cerita atau buku bergambar. Hai
ini akan mendorong anak-anak penasaran tentang kisah-kisah yang dibacanya.
Sehingga anak-anak akan mencari bacaan lain yang sama. Hal ini dapat dilakukan
orang tua dengan membawa anak-anak sesering mungkin berkunjung ke pusat buku,
perpustakaan, toko buku, dll.
4.
Menyediakan program wajib baca
Membaca
harus diwajibkan, baik itu di dalam keluarga maupun di lingkungan sekolah.
Seperti penerapan kurikulum 2013 yang mewajibkan peserta didik untuk membaca
terlebih dahuli 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Hal ini juga dapat
diterapkan dirumah. Misalnya peraturan keluarga tentang kewajiban membaca buku
30 menit sehari. Sehingga dengan diadakannya program wajib baca, masyarakat
khususnya murid sekolah dapat seccara sadar memahami pentingnya membaca. Dengan
kesadaran itu dapat meningkatkan minat-baca masyarakat Indonesia.
5.
Berusaha menyediakan waktu untuk membaca
Sebagai
masyarakat Indonesia yang terpelajar, kita harus bisa membagi waktu. Kita harus
berusaha menyediakan waktu untuk memilih dan membaca buku dengan sebaik
mungkin. Sehingga dengan adanya waktu membaca dapat meningkatkan minat
baca-tulis masyarakat.
6.
Mengontrol penggunaan media elektronik
Orang
tua dan guru harus mengontrol anak dalam hal penggunaan media elektronik (TV,
radio, game, internet). Guru dan orang tua bekerja sama dengan memberikan
pemahama terhadap anak dengan memberitahukan media elektronik yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan hilangnya waktu belajar dan konsentrasi. Sehingga
dengan diawasinya penggunaan media elektronik, dapat meningkatkan minat
baca-tulis masyarakat Indonesia.
7.
Terus berusaha mencari pengetahuan baru
Seperti
yang dikemukakan oleh Tarigan (1980: 119-120) bahwa sikap ingin tahu intelektual
dan bijaksana disertai usaha yang terus menerus untuk menggali pengetahuan baru
akan menolong seseorang mengembangkan minat baca-tulisnya.
8.
Meningkatkan koleksi perpustakaan
Koleksi
perpustakaan (koleksi bahan pustaka) harus ditingkatkan agar para pengunjung,
terutama generasi muda tertarik untuk mengunjungi perpustakaan. Sehingga minat
baca-tulis akan semakin meningkat.
9.
Penggunaan media yang tepat dalam
pembelajaran membaca
Dalam
pembelajaran membaca, guru harus menggunakan media yang tepat, salah satunya
adalah menggunakan media gambar. Dengan menggunakan media gambar, diharapkan
dapat memperjelas konsep pembelajaran membaca dan menarik minat untuk membaca.
Hal ini dapat diterapkan pada pembepajaran anak usia dini. Menurut Piagat Elida
(1992: 51) anak usia sekolah dasar berada pada taraf berpikir rasional konkret.
Piaget dalam Tampubulon (1991: 4) menambahkan usia sekolah dasar memiliki
kemampuan berpikir, bernalar, dan perkembangan bahasa memerlukan simbol-simbol
atau gambar. Sehingga dengan membaca
menggunakan media gambar ini dapat meningkatkan minat baca-tulis masyarakat.
10.
Membuat slogan-slogan giat membaca
Dalam
rangka upaya meningkatkan nminat baca-tulis diperlukan suatu usaha membuat
slogan-slogan yang isinya tentang giat membaca. Slogan-slogan tersebut harus
dibuat semenarik mungkin.
11.
Memperbarui sistem pembelajaran di
sekolah
Memperbarui
sistem pembelajaran di sekolah dapat dilakukan
dengan cara guru memberikan tugas pembelajaran yang menatang dan menarik
untuk siswa. Misalnya, guru memunculkan masalah-masalah baru dalam pembelajaran
untuk didiskusikan bersama dengan siswa, sehingga dapat mendorong siswa untuk
mencari banyak informasi melalui aktivitas membaca dan menulis. Dengan demikian
kegiatan mencari bahan bacaan akan semakin sering dilakukan dan dapat
meningkatkan minat baca-tulis siswa.
12.
Bekerja sama dengan penerbit buku
Dalam
rangka meningkatkan minat baca-tulis, sekolah harus bekerja sama dengan
penerbit dan percetakan buku bdalam pengadaan buku yang murah dan berkualitas.
G.
Penutup
1.
Kesimpulan
Budaya
membaca dan menulis harus ditumbuhkan di dalam masyarakat, karena memiliki
peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia. Upaya meningkatkan budaya gemar baca-tulis merupakan bentuk dukungan
untuk mempersiapkan generasi muda menyongsong Indonesia Emas 2045, yaitu
masa-masa keemasan Indonesia yang akan dikelola oleh para pemuda yang memang
telah mengemban amanah sebagai generasi penerus bangsa.
Melalui
budaya gemar membaca dan menulis, diharapkan generasi muda Indonesia memiliki
pengetahuan yang lebih luas. Generasi muda juga diharapkan untuk lebih memahami
pentingnya belajar dalam rangka untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
2.
Saran
Makalah
ini masih belum sempurna, baik itu dari segi penulisan, penyusunan paragraf,
dan keterkaitan antara paragraf yang satu dengan lainnya. Karena kesempurnaan
hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan
saran dari pembaca agar dalam penyusunan makalah yang berikutnya dapat lebih
baik.
H.
Referensi
Komentar
Posting Komentar