Makalah Peningkatan Budaya Literasi Untuk Indonesia Emas



MAKALAH BAHASA INDONESIA
PENINGKATAN BUDAYA LITERASI UNTUK INDONESIA EMAS

Disusun oleh   :
Nama                   : Frendi Ihwan Syamsudin
NIM                     : K2316022
Prodi/ Kelas        : Pendidikan Fisika/2016 B

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Jalan Ir. Sutami No. 36-A Kentingan, Surakarta. Kode Pos 57126. Telp (0271) 646994. Fax (0271) 646655


PENINGKATAN BUDAYA LITERASI UNTUK INDONESIA EMAS
Frendi Ihwan Syamsudin
Pendidikan Fisika, Universitas Sebelas Maret
Abstrak
Budaya merupakan hasil karya, cipta, dan rasa manusia. Budaya merupakan peradaban turun temurun yang tidak terlepas dari ilmu pengetahuan. Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Literasi sangat mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia. Saat ini minat baca-tulis masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan ranking terbaru yang dikeluarkan oleh UNESCO, Indonesia berada di urutan 60 dari 61 negara. Hal itu menunjukkan bahwa minat baca-tulis masyarakat Indonesia masih setaraf dengan negara-negara di benua Afrika. Rendahnya minat baca-tulis disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor kebiasaan membaca dan menulis yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia. Untuk mengatasi hal itu, maka diperlukan suatu usaha yang dapat meningkatkan minat baca-tulis masyarakat. Dengan usaha itu diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca dan menulis untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Kata Kunci : Budaya, Literasi, Kebiasaan, Meningkatkan, Indonesia Emas 2045
A.    Pendahuluan
Masyarakat memiliki keragaman budaya, budaya berasal dari akal. Budaya dalam masyarakat terbentuk karena adanya kebiasaan dan fasilitas alam yang mendukung terbentuknya budaya. Budaya masyarakat merupakan peradaban turun temurun yang tidak terlepas dari ilmu pengetahuan. Budaya adalah sebuah proses berfikir yang dipengaruhi oleh agama (keyakinan hati), politik (aturan), bahasa (komunikasi), pakaian (perlindungan diri), bangunan (karya), dan seni (rasa). Sehingga budaya merupakan hasil karya, cipta, dan rasa manusia.
Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Literasi sangat mempengaruhi pendidikan di Indonesia. Kualitas pendidikan yang baik dapat diraih apabila peserta didik memiliki kemauan untuk belajar. Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Salah satu usaha belajar adalah membaca dan menulis. Membaca sangat erat kaitannya dengan menulis. Membaca dan menulis harus dipadukan agar mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Sehingga untuk menjadi bangsa yang maju perlu dilakukan upaya peningkatan budaya literasi. Budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca dan menulis yang pada akhirnya akan menciptakan karya. Dengan usaha meningkatkan budaya literasi berarti telah mendukung upaya pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, yaitu masa-masa keemasan Indonesia yang akan dikelola oleh para pemuda yang memang telah mengemban amanah sebagai generasi penerus bangsa yang cerdas dan bertanggung jawab.
B.     Pentingnya Budaya Literasi
Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Membaca adalah kegiatan menggali informasi dari tulisan yang dilakukan dengan indra pengelihatan yang kemudian diproses lebih lanjut menggunakan akal. Membaca sangat bermanfaat untuk kita. Dengan membaca, kita dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita menjadi lebih luas. Menurut Anderson (1985), membaca merupakan dasar keberhasilan seseorang, bukan hanya di sekolah, tetapi juga di segala bidang kehidupan. Membaca mempunyai keterkaitan dengan menulis. Menulis adalah kegiatan mengingat kembali apa yang kita baca dengan menuliskannya pada kertas atau media tulis lain.
Membaca dan menulis merupakan dua hal yang saling berhubungan. Menurut Agus M. Irkham, menyatakan bahwa seringkali kita menghubungkan antara minat baca dengan kemampuan menulis. Jadi apabila kebiasaan membaca sudah menjadi kebiasaan hidup, dengan sendirinya kita akan mudah menulis. Hubungan antara membaca dan menulis sangat ketat, meski tidak seketat hubungan antara mendengar dan berbicara. Untuk dapat menulis, kita harus membaca. Membaca adalah sarana utama menuju keterampilan menulis.
Di dalam dunia akademik, membaca dan menulis sebagai salah satu aspek yang tidak terpisahkan untuk memenuhi kurikulum sekolah atau perguruan tinggi. Media untuk membaca biasanya adalah buku, baik fiksi maupun non fiksi. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal istilah bahwa buku adalah jendela ilmu. Buku sebagai media transformasi dan penyebarluasan ilmu dapat menembus batas-batas geografis suatu negara, sehingga ilmu pengetahuan dapat dikomunikasikan dan digunakan dengan cepat di berbagai belahan dunia. Aktifitas membaca buku harus ditingkatkan. Kita bisa mendapatkan buku bacaan dari perpustakaan, membeli, maupun meminjam.
Membaca dan menulis merupakan dua hal yang saling berkaitan. keduanya merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Sehingga budaya literasi sangat penting, karena dengan membaca dan menulis kita dapat meningkatkan kualitas hidup serta menjauhkan kita dari jurang kebodohan dan kemiskinan. Apabila masyarakat Indonesia gemar membaca dan menulis, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju dan sejahtera.
C.     Hubungan Literasi Dengan Dunia Pendidikan
Pendidikaan yang berporos pada kemampuan nalar sering menjadi topik dalam dunia pendidikan. Penalaran adalah proses berfikir yang mengikuti alur atau kerangka tertentu. Kemampuan bernalar dalam konteks ini mencakup daya berpikir logis, keterampilan mengolah informasi dari bacaan, dan kemampuan menyimpulkan dengan pemikiran sendiri. Dalam disiplin ilmu pendidikan, kemampuan nalar sangat berkaitan erat dengan literasi.
Dalam hal ini literasi tidak lagi dimaknai sempit yang hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis. Konsep literasi berkaitan dengan kemampuan untuk memaknai teks seperti huruf, angka, dan simbol-simbol tertentu. Kemampuan literasi yang tinggi mampu menghasilkan daya literasi tinggi. Seseorang yang mempunyai daya literasi tinggi mampu mengolah informasi dari teks yang dibaca kemudian disimpulkan dan mengambil keputusan. Untuk bisa mempunyai daya literasi tinggi, seseorang harus dapat membaca, menulis, memaknai teks bacaan, menganalisis teks dengan baik, dan mengambil kesimpulan tentang apa yang dibaca dengan pemikiran sendiri.
Literasi menjadi poros upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Oleh sebab itu literasi merupakan sumbu pusaran pendidikan. Menurut laporan UNESCO tahun 2006, dinyatakan bahwa literasi adalah hak dasar manusia sebagai bagian esensial dari hak pendidikan. Terpenuhinya hak literasi memungkinkan masyarakat untuk dapat mengakses informasi, mengetahui perkembangan pengetahuan teknologi, aturan hukum, dan mampu memanfaatkan kekayaan budaya. Dengan adanya literasi dapat memajukan dunia pendidikan di Indonesia.
Literasi sangat berhubungan erat dengan dunia pendidikan. Ruang lingkup literasi adalah membaca dan menulis. Keduanya merupakan salah satu usaha belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan adanya daya literasi tinggi, masyarakat khususnya pelajarharus mempunyai semangat untuk belajar dengan giat. Dengan demikian kualitas pendidikan di Indonesia akan lebih baik dan mengalami peningkatan. Jadi, hubungan antara literasi dengan dunia pendidikan Indonesia adalah kemampuan literasi yang tinggi akan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
D.    Penyebab Rendahnya Budaya Literasi
Minat baca-tulis atau yang dikenal dengan literasi pada seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca dapat berupa faktor personal dan institusional. Faktor personal adalah faktor yang muncul dari dalam diri masing-masing individu. Contohnya adalah usia, intelegensi, jenis kelamin, kemampuan membaca, sikap dan tingkah laku, serta kebutuhan psikologis. Sedangkan faktor iinstitusional adalah faktor yang datangnya dari luar diri individu. Contohnya adalah status sosial dan ekonomi, pengaruh teman, pengaruh orang tua, ketersediaan bahan bacaan, pengaruh media elektronik, dll.
Minat baca-tulis masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan remaja saat ini masih sangat rendah. Faktor penyebab rendahnya minat baca-tulis di kalangan remaja yang masih duduk di bangku sekolah antara lain :
1.      Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar kita. Lingkungan merupakan aspek yang paling utama dalam membentuk kepribadian seseorang. Lingkungan dibedakan menjadi tiga, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
a.       Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali kita kenal. Kepribadian kita dibentuk oleh orang tua di dalam keluarga, begitu pula dengan minat baca-tulis. Anak akan meniru perilaku orang tua. Apabila orang tuanya rajin membaca dan menulis, maka minat baca-tulis anak akan tinggi. Namun, apabila orang tua malas untuk memperkenalkan budaya membaca dan menulis, maka minat baca-tulis anak rendah.
b.      Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan keluarga kedua. Di sekolah ini, anak akan diasuh oleh guru sebagai orang tua kedua. Guru harus menanamkan minat baca-tulis kepada muridnya. Namun semua itu tergantung kepada kemampuan guru dan murid. Boleh dikatakan gurunya mampu menanamkan minat baca-tulis, tetapi muridnya tidak mampu menerima. Atau bisa jadi muridnya sangat antusias, tetapi gurunya tidak semangat dalam memberikan motivasi pentingnya baca-tulis. Hal itulah yang dapat membuat minat baca-tulis remaja menjadi rendah.
c.       Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan tempat melakukan aktivitas keseharian kita. Oleh karena itu, lingkungan masyarakat turut memberikan pengaruh yang besar pula. Lingkungan masyarakat dapat disebut juga dengan teman, sahabat, dunia kerja, dan masyarakat sekitar kita. Seseorang yang memiliki teman atau sahabat  yang sukanya malas-malasan akan terpengaruh untuk bermalas-malasan juga. Dunia kerja yang isinya orang malas akan membuat seseorang menjadi malas. Perilaku masyarakat yang buruk juga akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Sehingga minat baca-tulis menjadi rendah.
2.      Teknologi yang Semakin Canggih
Teknologi adalah hasil penerapan ilmu pengetahuan yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan atau suatu kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi pada sekarang ini semakin canggih. Hal itu bila tidak diimbangi dengan pengawasan dan pengendalian dalam penggunaannya dapat mengakibatkan munculnya berbagai dampak negatif. Generasi muda merupakan pengguna terbesar dari kemajuan teknologi. Mereka terlalu dimanjakan dengan dunia maya, sehingga mereka melupakan waktu untuk membaca buku. Dengan demikian, kemampuan dan minat baca-tulis semakin menurun.
3.      Kurangnya Dorongan untuk Membaca dalam Pembelajaran
Metode pembelajaran yang sering diterapkan di sekolah-sekolah adalah metode penjelasan dari guru. Dengan metode ini, siswa hanya disuruh untuk mendengarkan atau hanya berperan sebagai penerima saja. Siswa tidak dituntut aktif untuk mencari bahan belajar sendiri, sehingga siswa tidak mempunyai keinginan untuk membaca materi-materi pembelajaran. Dengan demikian, minat baca-tulis menjadi rendah.
4.      Kurangnya Kesadaran
Banyak masyarakat, khususnya remaja yang tidak sadar akan pentingnya membaca dan menulis dalam kehidupan ini. Mereka menganggap bahwa hidup ini hanya sekedar rutinitas saja. Mereka tidak memperhatikan pentingnya membaca dan menulis. Padahal membaca dan menulis adalah suatu kebutuhan dalam dunia pendidikan. Membaca adalah sarana utama untuk menuju kepada keterampilan menulis. Dengan demikian, orang yang tidak sadar akan pentingnya membaca dan menulis akan mempunyai minat baca-tulis yang rendah.
5.      Rendahnya Motivasi
Rendahnya minat baca-tulis juga disebabkan oleh kurangnya motivasi di dalam diri seseorang. Motivasi adalah suatu sugesti atau dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri maupun orang lain dengan maksud untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang lebih baik. Motivasi sangat dibutuhkan oleh setiap individu. Motivasi dapat datang dari mana saja, bisa dari orang tua, teman, maupun guru. Orang tua adalah pemberi motivasi ketika seseorang berada di rumah. Teman sebagai pemberi motivasi ketika sedang bermain. Di sekolah, pemberi motivasi adalah guru.. Ada kalanya orang tua, guru, dan teman memiliki kesibukan masing-masing yang menyebabkan menurunnya pemberian motivasi kepada anak. Motivasi yang rendah juga akan menyebabkan tendahnya minat baca-tulis.
6.      Kondisi Perpustakaan yang Kurang Menarik
Kondisi perpustakaan di Indonesia secara umum masih sangat memprihatinkan. Banyak ulasan-ulasan tentang begitu menyedihkannya kondisi perpustakaan di Indonesia. Koleksi buku perpustakaan yang kurang lengkap dan ketidakmampuan petugasnya untuk memanagemen perpustakaan  menjadi salah satu penyebab siswa malas untuk datang ke perpustakaan. Hal ini menyebabkan minat baca-tulis menjadi rendah.
7.      Kurangnya Referensi Buku di Perpustakaan
Ketersediaan buku merupakan faktor utama yang dapat menciptakan suasana kondusif untuk membaca. Referensi buku yang terbatas menyebabkan minat baca di kalangan generasi muda menurun. Jangankan untuk membaca, mendatangi perpustakaan saja tidak mau, karena keterbatasan referensi buku. Hal ini membuat minat baca-tulis menjadi rendah.
8.      Suasana Perpustakaan yang Kurang Nyaman
Penataan ruangan dan penataan buku yang kurang rapi menjadi alasan peserta didik enggan untuk mendatangi perpustakaan. Selain itu pelayanan, sirkulasi udara, pencahayaan juga turut menjadi pertimbangan untuk mengunjungi perpustakaan. Sehingga hal ini dapat menurunkan minat baca-tulis masyarakat, khususnya remaja.
9.      Adanya Rasa Malas
Malas adalah suatu perasaan dimana seseorang akan enggan melakukan sesuatu karena di dalam pikirannya sudah memiliki penilaian negatif atau tidak adanya keinginan untuk melakukan hal tersebut. Rasa malas merupakan salah satu penyebab rendahnya minat baca-tulis yang paling besar di masyarakat, khususnya kalangan pelajar.
E.     Akibat Yang Ditimbulkan Dari Rendahnya Budaya Literasi Di Indonesia
Rendahnya budaya literasi (minat baca-tulis) dapat menimbulkan akibat yang merigikan bagi bangsa Indonesia. Adapun akibat yang ditimbulkan dari rendahnya minat baca-tulis di kalangan remaja antara lain adalah :
1.      Remaja kesulitan untuk memahami, menguasai, mentransfer, dan menggunakan ilmu pengetahuan serta menerapkan teknologi untuk hal-hal yang bermanfaat. Kebanyakan remaja menggunakan teknologi untuk mencari kesenangan belaka.
2.      Keterbatasan ilmu pengetahuan menjadikan seseorang memiliki dasar yang dangkal di dalam kepribadiannya. Hal ini membuat seseorang menjadi individu yang bimbang dan terus bergantung kepada orang lain.
3.      Remaja akan mudah dipengaruhi oleh pemahaman-pemahaman yang negatif. Hal ini dapat membuat remaja akan memiliki pikiran yang negatif terhadap segala sesuatu. Remaja akan menganggap bahwa kegiatan membaca dan menulis hanya akan membuang-buang waktu.
4.      Kreatifitas seseorang tidak akan berkembang. Hai ini disebabkan karena seseorang tidak mempunyai referensi yang banyak untuk memunculkan ide-ide kreatif.
5.      Tidak dapat mengetahui informasi terbaru. Hal ini menyebabkan seseorang kesulitan untuk mengembangkan diri, baik memajukan diri sendiri maupun lingkungannya.
6.      Generasi muda menjadi miskin akan wawasan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya pemahaman dan wawasan yang cukup terhadap ilmu pengetahuan dan mengenai apa yang sedang atau akan terjadi. Sehingga generasi muda akan terus ketinggalan tentang informasi dan wawasan baru.
7.      Remaja cenderung kurang peduli terhadap apa yang terjadi dengan lingkungannya dan memilih menutup diri demi mengikuti trendyang sedang populer. Rasa kurang peduli ini akan menyebabkan remaja tidak dapat membaur dengan lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga remaja yang seperti ini kurang dikenal oleh masyarakat di sekitarnya.
8.      Bangsa Indonesia akan kehilangan aset terpenting, yaitu pemuda. Hal ini disebabkan karena para pemuda tidak mempunyai keinginan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air. Remaja enggan untuk membaca sejarah bangsa Indonesia dan kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan. Sehingga aset terpenting bangsa yang diharapkan dapat membangun bangsa ini akan hilang.
F.      Strategi Meningkatkan Budaya Literasi
Berikut ini adalah strategi yang digunakan untuk meningkatkan budaya literasi (minat baca-tulis) di masyarakat, khususnya para remaja.
1.      Meningkatkan jumlah perpustakaan yang ada.
Strategi ini dapat dilakukan dengan membangun perpustakaan baru, baik itu perpustakaan nasional, perpustakaan daerah (provinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa), maupun perpustakaan sekolah. Hal itu dapat dilakukan dengan membangun gedung baru atau memanfaatkan gedung yang tidak terpakai lagi untuk dibuat perpustakaan. Sehingga dengan bertambahnya jumlah perpustakaan, diharapkan masyarakat dapat leluasa memilih perpustakaan mana yang akan mereka kunjungi. Dengan demikian minat baca-tulis masyarakat menjadi tinggi.
2.      Memperbaiki dan meningkatkan layanan perpustakaan
Layanan perpustakaan harus diperbaiki dan ditingkatkan sebaik mungkin. Dengan diperbaikinya layanan perpustakaan, buku dan ruangan menjadi teratur. Sehingga diharapkan minat-baca masyarakat Indonesia akan semakin tinggi.
3.      Membudayakan cinta baca-tulis
Membudayakan cinta baca-tulis dapat dimulai dari keluarga. Orang tua harus mengajarkan membaca dan menulis kepada anaknya. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkan minat baca-tulis kepada anak-anak melalui buku cerita atau buku bergambar. Hai ini akan mendorong anak-anak penasaran tentang kisah-kisah yang dibacanya. Sehingga anak-anak akan mencari bacaan lain yang sama. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan membawa anak-anak sesering mungkin berkunjung ke pusat buku, perpustakaan, toko buku, dll.
4.      Menyediakan program wajib baca
Membaca harus diwajibkan, baik itu di dalam keluarga maupun di lingkungan sekolah. Seperti penerapan kurikulum 2013 yang mewajibkan peserta didik untuk membaca terlebih dahuli 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Hal ini juga dapat diterapkan dirumah. Misalnya peraturan keluarga tentang kewajiban membaca buku 30 menit sehari. Sehingga dengan diadakannya program wajib baca, masyarakat khususnya murid sekolah dapat seccara sadar memahami pentingnya membaca. Dengan kesadaran itu dapat meningkatkan minat-baca masyarakat Indonesia.
5.      Berusaha menyediakan waktu untuk membaca
Sebagai masyarakat Indonesia yang terpelajar, kita harus bisa membagi waktu. Kita harus berusaha menyediakan waktu untuk memilih dan membaca buku dengan sebaik mungkin. Sehingga dengan adanya waktu membaca dapat meningkatkan minat baca-tulis masyarakat.
6.      Mengontrol penggunaan media elektronik
Orang tua dan guru harus mengontrol anak dalam hal penggunaan media elektronik (TV, radio, game, internet). Guru dan orang tua bekerja sama dengan memberikan pemahama terhadap anak dengan memberitahukan media elektronik yang tidak terkontrol dapat menyebabkan hilangnya waktu belajar dan konsentrasi. Sehingga dengan diawasinya penggunaan media elektronik, dapat meningkatkan minat baca-tulis masyarakat Indonesia.
7.      Terus berusaha mencari pengetahuan baru
Seperti yang dikemukakan oleh Tarigan (1980: 119-120) bahwa sikap ingin tahu intelektual dan bijaksana disertai usaha yang terus menerus untuk menggali pengetahuan baru akan menolong seseorang mengembangkan minat baca-tulisnya. Sehingga dengan berusaha mencari pengalaman baru, baik secara rasional maupun empirisme, kita dapat meningkatkan minat baca-tulis.
8.      Meningkatkan koleksi perpustakaan
Koleksi perpustakaan (koleksi bahan pustaka) harus ditingkatkan agar para pengunjung, terutama generasi muda tertarik untuk mengunjungi perpustakaan. Buku yang harus disediakan bukan hanya buku pelajaran, tetapi juga buku hiburan, buku cerita, dan buku non fiksi lainnya. Dengan tersedianya banyak buku dapat menarik minat generasi muda untuk membaca di perpustakaan. Sehingga minat baca-tulis akan semakin meningkat.
9.      Penggunaan media yang tepat dalam pembelajaran membaca
Dalam pembelajaran membaca, guru harus menggunakan media yang tepat, salah satunya adalah menggunakan media gambar. Dengan menggunakan media gambar, diharapkan dapat memperjelas konsep pembelajaran membaca dan menarik minat untuk membaca. Hal ini dapat diterapkan pada pembelajaran anak usia dini. Menurut Piagat Elida (1992: 51) anak usia sekolah dasar berada pada taraf berpikir rasional konkret. Mereka masih berpikir dengan menggunakan akal mereka dan belum dapat menganalisis dengan baik. Piaget dalam Tampubulon (1991: 4) menambahkan usia sekolah dasar memiliki kemampuan berpikir, bernalar, dan perkembangan bahasa memerlukan simbol-simbol atau gambar. Sehingga dengan  membaca menggunakan media gambar ini dapat meningkatkan minat baca-tulis masyarakat.
10.  Membuat slogan-slogan giat membaca
Slogan adalah serangkaian kata-kata berupa kalimat yang relatif pendek yang umumnya sangat menarik dan mudah diingat oleh semua orang. Slogan digunakan untuk menyampaikan informasi. Dalam rangka meningkatkan minat baca-tulis diperlukan suatu usaha membuat slogan-slogan yang isinya tentang giat membaca. Slogan-slogan tersebut harus dibuat semenarik mungkin. Sehingga dengan dibuatnya slogan-slogan mampu menggerakkan generasi muda untuk menyadari betapa pentingnya kegiatan membaca dan menulis.
11.  Memperbarui sistem pembelajaran di sekolah
Memperbarui sistem pembelajaran di sekolah dapat dilakukan  dengan beberapa cara. Salah satunya guru memberikan tugas pembelajaran yang menatang dan menarik untuk siswa. Hal ini disebut dengan metode pembelajaran induktif atau pendekatan sainstifik. Metode pembelajaran induktif adalah metode pembelajaran yang membantu siswa dalam menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus atau kasus-kasus konkrit menjadi hal-hal yang bersifat umum. Metode ini dapat dilakukan dengan 5 M, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan data, menganalisis, dan menyimpulkan. Misalnya, guru memunculkan masalah-masalah baru dalam pembelajaran untuk didiskusikan bersama dengan siswa, sehingga dapat mendorong siswa untuk mencari banyak informasi melalui aktivitas membaca dan menulis. Dengan demikian kegiatan mencari bahan bacaan akan semakin sering dilakukan dan dapat meningkatkan minat baca-tulis siswa.
12.  Bekerja sama dengan penerbit buku
Dalam rangka meningkatkan minat baca-tulis, sekolah harus bekerja sama dengan penerbit dan percetakan buku dalam pengadaan buku yang murah dan  berkualitas. Dengan demikian sekolah memiliki banyak buku untuk dijadikan sebagai bahan pembelajaran membaca dan menulis.
Untuk mewujudkan strategi-strategi ini diperlukan suatu kerjasama. Kerjasama harus dilakukan oleh pemerintah (pusat maupun daerah) dan masyarakat. Karena dengan adanya kerjasama, segala sesuatu dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian hasil yang diperoleh juga akan maksimal. Jadi, diperlukan kerjasama di setiap komponen berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki minat untuk membaca dan menulis.

G.    Penutup
1.      Kesimpulan
Budaya membaca dan menulis harus ditumbuhkan di dalam masyarakat, karena memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Upaya meningkatkan budaya gemar baca-tulis merupakan bentuk dukungan untuk mempersiapkan generasi muda menyongsong Indonesia Emas 2045, yaitu masa-masa keemasan Indonesia yang akan dikelola oleh para pemuda yang memang telah mengemban amanah sebagai generasi penerus bangsa.
Melalui budaya gemar membaca dan menulis, diharapkan generasi muda Indonesia memiliki pengetahuan yang lebih luas. Generasi muda juga diharapkan untuk lebih memahami pentingnya belajar dalam rangka untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
2.      Saran
Makalah ini masih belum sempurna, baik itu dari segi penulisan, penyusunan paragraf, dan keterkaitan antara paragraf yang satu dengan lainnya. Karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran dari pembaca agar dalam penyusunan makalah yang berikutnya dapat lebih baik.
H.    Referensi
1.       https://www.triniharyanti.id>2014/02>membangunbudayaliterasi dikutip pada Rabu, 05 Oktober 2016
2.       https://gobekasi.pojoksatu.id>2016/05/19>surveiliterasiindonesiadikutip pada Rabu, 05 Oktober 2016
3.       https://www.paud-dikmas.kemdikbud.go.id>2016/04/12>budayamembacadikutip pada Rabu, 05 Oktober 2016
4.       https://www.katarosim.blogspot.com>2016/08>budayaliterasi dikutip pada Rabu, 12 Oktober 2016
5.       https://www.bincangedukasi.com>paradigma-baruliterasi dikutip pada Rabu, 12 Oktober 2016
6.       https://www.pengertiandefinisi.com>umum dikutip pada Selasa, 18 Oktober 2016
7.       https://www.pengertianahli.com>2015/04>umum dikutip pada Selasa, 18 Oktober 2016




Biodata Diri
Nama                           = Frendi Ihwan Syamsudin
NIM                            = K2316022
Kelas                           = Pendidikan Fisika 2016 B
Fakultas                       = Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Tempat, tangal lahir    = Wonogiri, 29 April 1998
Asal Sekolah               = SMA N 1 Wonogiri
Alamat Asal                = Godo Kidul, Rt. 001 Rw. 003, Desa Kebonagung, Kec. Sidoharjo,
             Kab. Wonogiri
Alamat Kos                 = Jalan Surya 1, Jebres Tengah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menggali Sumber Historis, Sosiologi, dan Politis Integrasi Nasional di Indonesia, Pengembangan Integrasi di Indonesia, Esensi dan Urgensi Integrasi Nasional

BENTUK TES TERTULIS

Perbedaan Bentuk-Bentuk Teks Tertulis