Gaya dan Cara Belajar Peserta Didik
TUGAS MATA KULIAH PPD
Disusun Oleh :
Nama : Frendi Ihwan
Syamsudin
NIM : K2316022
Kelas : B
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
GAYA
DAN CARA BELAJAR PESERTA DIDIK
A. Gaya
dan Cara Belajar
Pengertian
gaya dan cara belajar sulit dibedakan, kedua istilah tersebut sering dipakai
bersama-sama karena memang mempunyai keterkaitan yang kuat. Namun yang jelas
peserta didik mempunyai cara dan gaya belajar yang unik, berbeda antara
individu yang satu dengan yang lainnya. Menjadi tugas pendidik untuk menyadari
dan memahaminya. Dengan pemahaman tersebut diharapkan pembelajaran akan
berlangsung lebih efektif dan efisien.
Pengetahuan tentang gaya dan cara belajar membantu para
guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang bersifat multi-indrawi, yang
melayani sebaik mungkin kebutuhan
individual setiap peserta didik. Dengan memanfaatkan “konsep keragaman” dan
menerima gaya/carabelajar yang berbeda, para guru menjadi lebih efektif dalam
menentukan strategi-strategi pengajaran dan peserta didik akan menjadi pelajar
yang lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar mereka. Sebelum
membahas gaya dan cara belajar, ada baiknya bila dibahas terlebih dahulu secara
singkat konsep dan faktor-faktor belajar.
1. Konsep
Belajar
Dalam
seluruh proses pendidikan, belajar
merupakan kegiatan inti. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai
bantuan perkembangan melalui kegiatan belajar . secara psokologis, belajar
dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku (baik dalam
kognitif, afektif, maupun psikomotor) untuk memperoleh respons yang diperlukan
dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien.
Dalam
kegiatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi peserta didik itu
sendiri maupun bagi pendidik. Misalnya, bagaimana menciptakan kondisi yang baik
agar berhasil, memilih metode dan alat-alat sesuai dengan jenis dan situasi
belajar, membuat rencana belajar, menyesuaikan proses belajar dengan keunikan
peserta didik, penilaian hasil belajar, diagnosis kesulitan belajar, dan
sebagainya. Bagi peserta didik sendiri, masalah-masalah belajar yang mungkin
timbul misalnya pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar, menggunakan
buku-buku pelajaran, belajar berkelompok, mempersiapkan ujian, memilih mata
pelajaran yang cocok, dan sebagainya.
2. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Belajar
Keberhasilan
belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal (yang bersumber dari luar
lingkungan).
a. Faktor
Internal
Ada beberapa faktor
internal yang harus dipenuhi agar dapat belajar dengan berhasil. Faktor-faktor
tersebut meliputi fisik dan psikis. Yang termasuk faktor fisik diantaranya
nutrisi (gizi makanan), kesehatan, dan keberfungsian fisik (panca indera).
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelesuan, lekas ngantuk, lekas lelah, dan
kurang bisa berkonsentrasi. Penyakit juga dapat mempengaruhi keberhasilan
belajar, apalagi penyakit itu bersifat kronis atau terus-menerus dan mengganggu
kenyamanan. Pancaindera pun sangat berpengaruh terhadap belajar, karena
merupakan pintu gerbang masuknya informasi dari luar. Oleh karena itu,
pemeliharaan yang intensif sangat penting bagi individu. Sememtara yang masuk
faktor psikis diantaranya adalah kecerdasan, motivasi, minat, sikap, dan kebiasaan
belajar, serta suasana emosi. Apabila kedua faktor tersebut tidak terpenuhi
atau mengalami gangguan, maka kemungkinan besar individu akan mengalami
kesulitan belajar.
Menurut W.H. Burton
(Syamsu Yusuf LN, dkk, 1992), faktor internal yang mengakibatkan kesulitan
belajar adalah sebagai berikut :
a) Ketidakseimbangan
mental atau gangguan fungsi mental : kurangnya kemampuan mental yang bersifat potensial (kecerdasan) ; kurangnya
kemampuan mental, seperti kurang perhatian, adanya kelainan, lemah dalam berusaha,
menunjukkan kegiatan yang berlawanan, kurangnya energi untuk bekerja atau
belajar karena kekurangan makanan yang bergizi, kurangnya penguasaan terhadap
kebiasaan belajar dan hal-hal fundamental ; dan kesiapan diri yang kurang
matang.
b) Gangguan
Fisik : kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat-alat bicara ;dan
gangguan kesehatan (sakit-sakitan).
c) Gangguan
emosi : merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri dengan berbagai hal,
adanya perasaan takut kompleks (tidak karuan), perasaan takut yang berlebihan (phobia), perasaan ingin melarikan
diri atau menghindar dari masalah yang dihadapi, dan ketidakmatangan emosi.
b. Faktor
Eksternal
Faktor ini meliputi
aspek-aspek sosial dan nonsosial. Yang dimaksud dengan faktor sosial adalah
faktor manusia, baik yang hadir secara langsung (bertatap muka atau
berkomunikasi langsung) maupun kehadirannya secara tidak langsung (berupa foto,
suara radio, TV, dan tape recorder). Sedangkan yang termasuk faktor nonsosial
adalah keadaan suhu udara (panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam),
suasana lingkungan (sepi, bising, atau ramai), keadaan tempat (kualitas gedung,
luas ruangan, kebersihan, ventilasi, dan kelengkapan mebeler), kelengkapan
alat-alat atau fasilitas belajar (ATK, alat peraga, buku-buku sumber, dan media
komunikasi belajar lainnya).
Sekolah mempunyai
tanggung jawab yang besar dalam membantu peserta didik agar mereka berhasil
dalam belajar. Untuk itu hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada peserta
didik dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar.
Disinilah pentingnya dan perlunya program bimbingan dan konseling untuk
membantu mereka agar berhasil dalam belajar.
3. Gaya
Belajar
Tidak
semua orang memproses informasi dengan cara yang sama, oleh karena itu kita
harus mengetahui bagaimana perbedaan gaya berpikir jika diterjemahkan ke dalam
gaya belajar yang berbeda pula. Pemahaman yang baik megenai perbedaan gaya yang
mendasar ini sangat penting bagi siapapun yang harus menghadapi seseorang dalam
berbagai situasi, bukan hanya dalam proses belajar.
Gaya
belajar adalah cara yang lebih disukai dalam melakukan kegiatan berpikir,
memproses, dan mengerti suatu informasi (Adi W. Gunawan, 2004).
Kecenderungan
manusia untuk menyerap informasi, memproses, dan menyimpannya, tampaknya lebih
bergantung kepada preferensi yang ternyata lebih bersifat bawaan daripada
dipelajari dan terlepas dari pengkondisian di lingkungan sekolah. Demikian
halnya dengan peserta didik, mereka lebih senang jika belajar, berkonsentrasi,
dan memproses informasi dengan cara yang berbeda dan setiap anak memiliki gaya
belajar yang berlainan dan unik. Bertolak belakang dari preferensi gaya orang
dewasa, gaya belajar peserta didik akan berubah dan berkembang seiring dengan
tumbuhnya mereka.
Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dunn dan Dunn (dalam Barbara
Prashnig, 2007) tentang Model Gaya Belajar yang penelitiannya dilakukan sejak
1979 mengungkapkan bahwa, “tiga per lima gaya belajar bersifat genetis; sisanya
diluar ketekunan, bisa dikembangkan melalui pengalaman”.
Dari
uraian tersebut dapat disimpilkan bahwa gaya belajar peserta didik bervariasi
dan tidak ada yang sama. Adanya keragaman justru membawa hikmah. Pendidikan
harus dapat menciptakan kesatuan dalam keragaman tersebut.
Kita
bisa membantu menciptakan kesatuan dalam keragaman kehidupan pribadi atau
profesional dengan mengakui bahwa perbedaan gaya diperlukan dalam setiap
kelompok agar bisa bekerja secara efektif.
Pengetahuan
tentang gaya belajar membantu para pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar
yang bersifat multi-indrawi, yang melayani sebaik mungkin kebutuhan individu setiap peserta didik
dengan memanfaatkan konsep keragaman dan menerima gaya yang berbeda, para guru
menjadi lebih efektf dalam menenttukan strategi-strategi pengajaran dan murid
akan menjadi pelajar yang lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan
belajar mereka.
Dengan
adanya perbedaan gaya belajar, maka pendidik harus dapat memanfaatkan gaya
peserta didik yang unik, sehingga pendidik tidak salah dalam menilai peserta
didik. Mereka sebenarnya punya potensi yang harus dikembangkan.
Sering
kali kita mengetahui adanya peserta didik yang nampaknya bodoh dan sering
mengalami kehilangan gairah untuk belajar seumur hidup, namun apabila mereka
didorong untuk belajar dengan cara mereka sendiri dengan memanfaatkan
preferensi gaya mereka sendiri yang unik, biasanya mereka sangat bergairah
menyelesaikan tugas-tugas mereka dan mereka menjadi suka belajar. Oleh karena
itu, sebagai pendidik kita harus mengenal potensi mereka. Gaya unik mereka dan
cara mereka menyerap informasi secara efektif, dengan sendirinya akan mencapai
tujuan sebagai suatu peserta didik yang sukses dengan gaya mereka sendiri.
4. Cara
Belajar
Peserta
didik mempunyai cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri. Ini antara lain
terkait dengan gaya belajar mereka, apakah mereka termasuk tipe visual,
auditif, atau kinestetis (campuran). Peserta didik perlu menemukan gaya/tipe
dirinya serta cara belajar yang cocok dengan keadaan dan kemampuan dirinya. Ini
sesuain dengan pendapat Barbara Prashnig dalam The Power of Learning Syules (2007).
Cara
seseorang memecahkan masalah, belajar dan mengingat secara efektif merupakan
kunci kesuksesan. Meskipun setiap orang mempunyai kekuatan untuk belajar, namun
hanya sebagian dari kita yang benar-benar memanfaatkannya dengan sepenuhnya.
Hal itu disebabkan karena setiap orang memiliki gayanya masing-masing dalam
belajar, bekerja, dan berkonsentrasi untuk sesuatu yang benar-benar sulit,
tetapi sangat sedikit yang melaksanakannya dengan cara yang paling tepat bagi
dirinya. Sudah terlalu sering kita dikondisikan agar hanya menggunakan satu
gaya yang hanya sesuai untuk sebagian orang, tetapi tidak untuk kita semua.
Keberhasilan
seseorang dalam belajar ditentukan oleh bagaimana keterampilan orang tersebut
di dalam kegiatan belajarnya. Seorang siswa dalam situasi belajar harus mampu
terampil dalam menciptakan suasana yang kondusif untuk pencapaian tujuan
belajarnya. Keterampilan dalam belajar ini menyangkut tentang cara-cara belajar
yang efektif dan efisien, sebab banyak siswa gagal dalam belajarnya dikarenakan
tidak mengetahui cara bagaimana cara belajar yang baik dan tepat. Kegagalan itu
sebenarnya tidak perlu terjadi karena di dalam diri siswa terdapat potensi yang
mungkin bila dibina akan mendapatkan suatu kesuksesan yang gemilang.
Walaupun
sering pula kita menjumpai siswa-siswa yang sukses dan berhasil dengan nilai
yang tinggi atau berprestasi baik tanpa mengetahui cara-cara yang beik. Ini
suatu kenyataan yang tidak perlu lagi disangkal kebenarannya. Tetapi paling
tidak si pelajar yang sukses tadi mesti berbuat sesuatu dalam mengikuti
pelajaran, seperti mendengarkan dengan baik dan penuh perhatian terhadap guru
yang mengajarnya, menyimpan dan mengingat informasi-informasi yang diterimanya
dari guru ataupun teman-temannya. Hal itu menandakan bahwa siswa tersebut tidak
mengetahui bagaimana cara belajar yang baik, namun sudah berhasil dalam
studinya. Apabila siswa tersebut mampu dan
mau mempelajari dan mempraktekkan cara belajar yang baik, niscaya
kegiatan belajarnya akan lebih berhasil lagi dan mendapatkan hasil belajar yang
sangat memuaskan.
Cara-cara
atau teknik belajar ini bukanlah suatu azimat, tetapi ada baiknya dipelajari,
dipakai, dan dipraktekkan, sebab menguasai cara-cara teknik belajar akan
membuat kita lebih berhasil.
B. Memperbaiki
dan Meningkatkan Belajar
Penelitian
selama 25 tahun terakhir, terutama yang dilakukan oleh St. John’s University di
New York, membuktikan bahwa peserta didik mempu mempelajari subjek apapun
dengan berhasil apabila metode intruksi yang digunakan sesuai dengan preferensi
pembelajaran individual mereka. Apabila keragaman manusia dipertimbangkan dan
diperhatikan dalam proses belajar, dalam penugasan keterampilan, maka hasilnya
akan selalu positif, yaitu pelajar merasa senang, memperoleh sensasi
keberhasilan, meraih sesuatu tanpa frustasi dan stress, mengalami peningkatan
motivasi, dan selalu mengendalikan proses belajar (Barbara Prashneg, 2007).
Dari
nuraian di atas jelas apabila peserta didik dibiarkan belajar dengan gaya
mereka sendiri dan menemukan lingkungan yang sesuai dengan apa yang peserta
didik inginkan, maka mereka akan mampu melakukan dengan baik dan hasilnya akan
baik pula.
Untuk
dapat memperbaiki dan meningkatkan belajar peserta didik, maka seorang pendidik
harus mengetahui gaya belajar. Dengan pengetahuan tentang gaya belajar,
diharapkan mereka mampu menyesuaikan
cara belajar yang efektif dan efisien.
1. Jenis-Jenis
Gaya dan Cara Belajar
Gaya
belajar adalah cara yang lebih disukai dalam melakukan kegiatan berpikir,
memproses, dan mengerti suatu informasi.
Sejak
awal tahun 1997, telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengenali daan
mengkategorikan cara manusia belajar dan cara memasukkan informasi ke dalam
otak. Secara garis besar, ada tujuh pendekatan yang umumnya dikenal dengan
kerangka referensi yang berbeda dan dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda
dengan variasinya masing-masing (Adi W. Gunawan, 2004). Ketujuh cara belajar
tersebut adalah :
a. Pendekatan
berdasarkan pada pemrosesan inforrmasi.
b. Pendekatan
berdasarkan pada kepribadian.
c. Pendekatan
berdasarkan pada modalitas sendiri.
d. Pendekatan
berdasarkan pada lingkungan, yaitu seperti menentukan respons yang berbeda
terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional.
e. Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial, yaitu
dengan menentukan cara yang berbeda dalam hubungan dengan orang lain.
f. Pendekatan
berdasarkan pada kecerdasan.
g. Pendekatan
berdasarkan pada wilayah otak, menentukan dominasi relatif dari berbaggai
bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan.
Dalam
genius learning strategy, 2004, Rita dan Ken Ounn dari St. John’s University
New York, telah menciptakan suatu kerangka belajar yang menggabungkan beberapa
pendekatan di atas. Menurut mereka ada lima kategori dan 21 elemen yang
menjelaskan tentang gaya belajar. Gaya belajar dari setiap orang ini merupakan
kombinasi dari semua lima kategori ini :
1) Lingkungan
: Suara, cahaya, temperatur,
desain.
2) Emosi
: Motivasi, keuletan,
tanggung jawab, struktur.
3) Sosiologi
: Sendiri, berpasangan,
kelompok tim, dewasa, bervariasi.
4) Fisik
: Cara pandang,
pemasukan, waktu, mobilitas.
5) Psikologis
: global/analitis, otak
kiri-otak kanan, implusif reflektif.
Menurut
Thomas L. Madden dalam buku fire up yur learning (2002), ada lima gaya menyerap
informasi yang sifatnya tradisional, yaitu :
1) Auditori
(Melalui indera pendengaran)
2) Kinestetis
(Melalui indera peraba)
3) Visual
(Melalui indera pengelihatan)
4) Olfaktori
(Melalui indera penciuman)
5) Gustatori
(Melalui indera pengecap)
Kita
akan memfokuskan pada tiga Gaya Belajar Utama, yaitu visual, auditori, dan
kinestetis. Gaya belajar olfaktori dan Gustatori akan memiliki aplikasi
terbatas. Tetapi keduanya merupakan proses belajar yang bagus sekali.
Gunakanlah kedua gaya itu ketika mempelajari kelas memasak, kelas kimia, atau
kelas-kelas lain dimana kedua ini dapat digunakan.
Semua
gaya belajar yang dijelaskan diatas mempunyai kelebihan dan keunggulan
masing-masing. Terdapat berbagai
pendekatan dalam menentukan gaya belajar, karena setiap pendekatan yang
digunakan mengakses aspek yang berbeda pada proses kognitif.
Walaupun
ada banyan pendekatan dalam hal gaya belajar, namun hal yang paling penting
adalah bagaimana pengetahuan mengenai gaya belajar ini dapat kita gunakan
untuk membantu kita dalam memaksimalkan
proses pembelajaran, karena kita harus mengerti gaya belajar peserta didik
sehingga tidak terlalu terpaku pada satu gaya saja, mengakomodasikan gaya
belajar yang berbeda tetapi ttidak mencoba memaksakan diri menuruti kemauannya,
dan mulai menyadari bahwa gaya belajar patut diperhatikan dengan
sungguh-sungguh.
Berdasarkan
berbagai pendekatan yang ada, yang paling populer dan sering digunakan saat ini
ada tiga, yaitu :
a. Pendekatan
berdasarkan preferensi sensori, yaitu visual, auditori, dan kinestetik.
b. Profil
kecerdasan, dikembangkan oleh Howard Gardner. Menurut Gardner, manusia mempunyai
delapan kecerdasan, yaitu linguistik, logika/matematika\, interpersonal, musik,
naturalis, spasial, dan kinestetik.
c. Pendekatan
berdasar wilayah otak (dominasi relatif dari berbagai wilayah otak) antara lain
dominasi otak kanan dan otak kiri.
2. Pendekatan-Pendekatan
Pembelajaran
a. Pendekatan
Preferensi Sensori
Setiap
individu adalah unik, sebagian peserta didik belajar terutama dengan
menggunakan keterampilan auditori untuk memproses informasi yang didengar.
Sebagian lagi lebih menggunakan keterampilan visual untuk memperoleh informasi
yang sama. Pembelajar visual suka melihat gambar atau informasi bentuk tulisan,
tetapi sebagian lagi suka menggunakan keterampilan fisik yang juga disebut
pembelajar kinestetis, suka menyentuh peralatan dan belajar dengan baik melalui
peran peragaan.
Secara
umum, kita menggunakan tiga preferensi sensori yaitu berdasarkan pada visual
(penglihatan), auditori (pendengaran), dan kinestetik (sentuhan dan gerakan).
Ini yang kita kenal dengan nama modalitas V-A-K.
Bila
kita bicara mengenai preferensi sensori, ini tidak berarti bahwa individu tidak
dapat mengakses atau menggunakan sistem laijn yang ada. Dengan mengetahui
modalitas dan gaya belajar, kini peserta didik telah mendapatkan gambaran yang
jelas tentang cara belajar yang benar-benar sesuai untuk peserta didik.
1) Orang
visual akan sangat mudah melihat atau membayangkan apa yang dibicarakan. Mereka
sering melihat gambar yang berhubungan dengan kata atau perasaan dan mereka
akan mengerti suatu informasi bila mereka melihat kejadian, melihat informasi
itu tertulis atau tidak tertulis.
2) Orang
auditori mengekspresikan diri mereka melalui suara, baik itu melalui komunikasi
internal dengan diri sendiri maupun eksternal dengan orang lain. Bila hendak
menuliskan sesuatu, orang ini akan mendengarkan suara dari apa yang akan ia
tulis. Bila ia harus bertemu dan akan berbicara dengan seseorang yang baru ia
kenal, ia akan melakukan latihan mental mengenai apa saja yang akan ia katakan
dan bagaimana cara mengatakannya.
3) Orang
kinestetik sangat peka terhadap perasaan atau emosi dan pada sensasi sentuhan
dan gerakan. Bila diminta untuk menuliskan suatu kata, orang ini akan merasakan
dulu kata tersebut, baru setelah itu menuliskan kata tersebut. Orang kinestetik
akan belajar maksimal dalam suatu kondidid dimana banyak keterlibatan fisik dan
gerakan.
Dari ketiga gaya
belajar tersebut, secara rinci akan dibahas masing-masing gaya tersebut sebagai
berikut :
(1) Pembelajar
Visual
(a) Pembelajar
Visual memproses informasi dengan cara melihat.
(b) Pembelajar
Visual suka mengikuti gambar dan membaca petunjuk. Mereka bicara dengan cepat,
tetapi jawaban mereka umumnya singkat dan monoton.
(c) Para
pembelajar Visual cenderung melamun atau memikirkan hal lain selagi
mendengarkan.
(d) Para
pembelajar Visual menerima suatu hal berdasarkan penampilannya.
(e)
Pembelajar Visual suka akan warna dan
keerapian. Peta belajar, kertas post-it berwarna cerah, dan catatan yang
diwarnai merupakan alat-alat belajar yang bermanfan bagi mereka.
(f)
Para tipe Visual dapat belajar dalam
lingkungan yang fleksibel. Suara ribut tidak mengganggu mereka. Satu hal yang
mengganggu fleksibilitas mereka adalah orang yang duduk di depan mereka atau
menghalangi pemandangan.
(g)
Pembelajar visual perlu duduk di tempat
yang memungkinkan mereka melihat seluruh pemandangan di hadapan mereka.
(h)
Bagi tipe visual, melihat informasi itu
sangatlah penting. Umumnya mereka mengambil pena dan kertas untuk menjelaskan
sesuatu atau mengingat sesuatu. Mereka lebih suka membuatkan peta untuk Anda
daripada hanya memberitahukan arah.
(i)
Buatlah sebuah sketsa, rencana, flow
chart, atau diagram dari apa yang Anda pelajari. Bentuk visual ini mungkin
lebih berarti bagi Anda. Jika sebuah subyek pembelajaran dipresentasikan
ndengan menggunakan banyak grafik, poster, chart, dan diagram, seorang
pembelajar visual akan lebih mudah menyerap fakta yang disampaikan.
(j)
Ketika membaca teks, gunakan spidol
warna untuk mengidentifikasikan informasi baru. Penggunaan warna akan
merangsang bagian otak tengah yang emosional dan emosi membantu Anda mengembangkan
memori yang kuat.
(k)
Para pembelajar Visual dapat langsung
membayangkan sebuah konsep.
(l)
Para pembelajar Visual seringkali
memejamkan mata mereka dan membayangkan subyek pikiran mereka. Gambar yang
dihasilkan akan detail dan nyata.
(2)
Pembelajar Auditori
(a)
Para tipe auditori cenderung saling
bergantung. Si pembelajar ingin bekerja dalam kelompok atau bersama teman.
(b)
Pembelajar audotori dapat bekerja
sendirian, tetapi mereka suka membantu orang lain dalam kelompok. Penguasaan
suatu subyek berkaitan langsung dengan kesuksesan kelompok.
(c)
Tipe auditori menyukai kata-kata yang
diucapkan.
(d)
Tipe auditori suka mendengarkan
informasi atau menyampaikan informasi. Mereka suka berdiskusi dengan orang lain
mengenai apa yang sedang mereka pelajari dan tidak punya kesulitan untuki
mengambil data yang mereka perlukan dengan mendengarkan kuliah atau kaset
tentang subyek tersebut.
(e)
Para tipe auditori merasa terbantu
dengan mendengarkan apa yang mereka baca. Membaca hingga Anda mendengarkan
suara Anda sendiri merupakan teknik yang membantu cara belajar ini. Nada suara
yang digunakan dapat divariasikan agar apa yang dibaca menjadi lebih dapat
diingat.
(f)
Para pembelajar audotori cenderung
mandiri. Mereka lebih suka bekerja sendiri. Kehadiran orang lain cenderung
mengganggu percakapan internal mereka.
(g)
Para pembelajar auditori dapat bekerja
dalam kelompok kecil atau bersama seorang teman, tetapi menjadi kurang efektif
jika berada dalam lingkungan yang ribut.
(h)
Pada akhir diskusi kelas, catatlah
kata-kata kunci yang berkaitan dengan apa yang dipelajari. Kata-kata kunci itu
akan merangsang diskusi internal tentang apa yang terjadi selama di kelas.
(3)
Pembelajar Kinestetis
(a)
Para tipe kinestetis kadang-kadang
disebut tipe Taktis atau Fisik. Mererka menyerap informasi dengan bergerak,
berbuat, dan menyentuh.
(b)
Para tipe kinestetis berpikir dengan
sangat baik sambil berjalan hilir mudik. Mereka cenderung sering menggunakan
gerakan atau membuat ekspresi wajah yang berlebihan selama percakapan. Mereka
dapat mengingat subyek pembelajaran atau lokasi dengan sangat baik setelah
mereka mengalami subyek itu.
(c)
Para tipe kinestetis cenderung
bergantung kepada lapangan. Mereka lebih suka belajar dalam lingkungan
kontekstual. Kunjungan lapangan, eksperimen langsung, dan aplikasi hidup yang
sebenarnya sangatlah penting.
(d)
Para tipe kinestetis ingin mencoba dulu,
baru kemudian membaca apa yang baru saja mereka lakukan. Buku teks dan kuliah
hanya membantu sedikit. Selain itu, novel action atau laga memotivasi mereka.
(e)
Seorang kinestetis perlu terlibat secara
fisik dalam apa yang mereka pelajari. Kegiatan langsung membuat model atau
contoh, menjalani proses, atau secara fisik memeragakan skenario adalah hal-hal
yang membantu pembelajar kinestetis untuk memperoleh data yang mereka perlukan.
(f)
Seorang pembelajar kinestetis akan lebih
memilih memeragakan sesuatu daripada menggambarnya atau menguraikannya secara
verbal.
b.
Pendekatan Multiple Intelegenses
Dalam
beberapa tahun terakhir, profesor pendidikan dari Harvard, Howard Gardner,
telah menjadi salah satu dari banyak orang yang memberikan kontribusi penting
terhadap pengertian kita tentang kecerdasan manusia. Dia mengembangkan teori
kecerdasan majemuk (multiple intelegences/MI) yang berbasis pada penelitian
neurobiologis, yang menyatakan bahwa otak manusia adalah organ yang sangat
kompleks dengan kapasitas yang jauh lebih besar untuk belajar ketimbang yang
saat ini dipakai oleh manusia. Awalnya, Gardner mendefinisikan paling tidak
tujuh kecerdasan berbeda yang kesemuanya bekerja sama dalam otak secara terpadu
meskipun masing-masing bisa diidentifikasi dan mampu mengalami peningkatan
(Gardner, 1999).
Tujuh
kecerdasan asli yang dikemukakan oleh Gardner adalah sebagai berikut :
1)
Kecerdasan Linguistik (Bahasa)
Kecerdasan
ini ditunjukkan dengan kemampuan membaca dan menulis dengan baik. Orang yang
kuat dalam wilayah ini juga memiliki keterampilan mendengar yang sangat
berkembang, perbendaharaan kata yang luas, dan ejaan terasa mudah bagi mereka.
2)
Kecerdasan Logika-Matematika
Kecerdasan
ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk berpikir, menghitung, dan menangani
pemikiran logis. Orang yang kuat dalam wilayah ini sangat mampu menganalisis
dan mengklasifikasikan informasi, membuat teori, dan menciptakan pola-pola dan
hipotesis-hipotesis.
3)
Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan
ini ditunjukkan dengan kemampuan berpikir dalam gambar dan citra, melihat
segala sesuatu dalam keterkaitannya dengan yang lain, mengarahkan, mengambil
foto-foto yang bagus, dan merasakan dunis visual dengan tepat. Orang yang kuat
dalam wilayah ini sering memiliki keterampilan melukis atau memahat, bahkan
dengan sedikit saja melihat atau tidak melihat sama sekali.
4)
Kecerdasan Musikal
Kemampuan
menyanyi, memainkan alat musik, membuat komposisi, mmengapresiasi dan
menghasilkan irama, titik nada, dan bentuk-bentuk ekspresi musik. Orang yang
kuat dalam wilayah ini bisa menyuarakan suatu nada, memiliki telinga musikal
yang baik dan peka akan suara-suara di sekelilingnya.
5)
Kecerdasan Jasmani-Kinetik
Kontrol
dari gerakan tubuh dan kapasitas untuki menangani obyek-obyek dengan sangat terampil
memungkinkan orang tersebut mengekspresiakan dirinya secara fisik, aktif dalam
olahraga, dan mengetahui berbagai hal melalui tubuh mereka. Gerakan dan
kegiatan fisik menjadi sangat penting bagi mereka.
6)
Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan
untuk bekerja dan berinteraksi secara peka dengan orang lain, memiliki tanggung
jawab sosial, dan rasa iba. Orang yang kuat dalam wilayah ini dapat
mendengarkan secara efektif, bernegosiasi mengangani konflik, bekerja sama, dan
bergaul akrab dengan kelompok-kelompok orang yang beragam.
7)
Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan
mengakses dan memahami perasaan terdalam, kelemahan, kekuatan, dan hasrat
seseorang, mengingat-ingat pengalaman, memikirkan pemikiran (metakognisi), dan
membedakan kondisi-kondisi emosi di dalam diri manusia. Orang ini sering kali
memiliki pendapat yang kuat dan lebih suka dibiarkan sendiri.
Berdasarkan
ketujuh kecerdasan tersebut, maka dapat diusahakan pendidik adalah sebagai
berikut :
1)
Kecerdasn Linguistik
(a)
Kurangi waktu bicara Anda dana beri
kesempatan lebih banyak kepada murid untuk berbicara.
(b)
Libatkan diskusi, debat, dan
collaborative learning.
(c)
Beri kesempatan pada anak untuk
menjelaskan pengertiannya dengan menggunakan bahasanya sendiri.
(d)
Gunakan teknik kata atau kalimat kunci.
(e)
Ajarkan dan minta anak untuk menyusun
presentasi atau makalah.
(f)
Ajarkan pada anak teknik berbicara dan
mendengar yang baik dan benar.
2)
Kecerdasan Matematika dan Logika
(a)
Jelaskan langkah yang Anda gunakan dalam
mengajar dan jelaskan mengapa Anda menggunakan cara tersebut.
(b)
Sering-sering menggunakan nangka atau
permainan yang melibatkan angka.
(c)
Carilah hubungan antara matematika dan
praktek kehidupan sehari-hari.
(d)
Ajarkan cara melakukan kategorisasi,
klasifikasi, prioritas, dan keterampilan memprediksi.
(e)
Ajarkan metode pemecahan masalah yang
dapat digunakan dalam berbagai disiplin ilmu dan keadaan.
(f)
Promosikan permainan yang melibatkan
kemampuan berpikir lateral, misalnya dengan memberikan lateral thinking puzzle.
3)
Kecerdasan Visual dan Spasial
(a)
Gunakan poster atau peta pikiran sebagai
referensi.
(b)
Ganti poster atau peta pikiran secara
rutin.
(c)
Ajarkan cara membuat peta pikiran,
poster, flowchart atau grafik untuk melengkapi kemampuan nmurid dalam mencatat.
(d)
Gunakan model atau alat peraga.
(e)
Beri tugas yang melibatkan pembuatan
gambar atau poster.
(f)
Gunakan tubuh Anda sebagai alat bantu
visual dan spasial dalam menyampaikan materi pembelajaran.
4)
Kecerdasan Musikal
(a)
Gunakan musik sebagai tanda waktu untuk
mengerjakan tugas, untuk memulai dan mengakhiri sesi pembelajaran, atau
mengubah moos dan untuk meningkatkan energi atau relaksasi.
(b)
Gunakan musik untuk membantu mengingat
materi.
(c)
Ajarkan dan tingkatkan ketertarikan
murid padaa musik melalui pelatihan atau kegiatan ekstra kurikuler.
(d)
Beri kesempatan kepada murid untuk
menceritakan musik kesukaannya, mengapa ia suka musik dan izinkan ia memainkan
atau mendengarkan musik itu di kelas.
(e)
Bermain dengan musik/lagu dengan cara
mengulangi lirik, nada, tempo, volume atau keras-lembut, sebagai bagian dari
eksplorasi ke dunia musik.
(f)
Memainkan berbagai jenis lagu atau musik
dan meminta mueid untuk menjelaskan apa yang mereka rasakan.
5)
Kecerdasan Jasmani-Kinestetik
(a)
Libatkan fisik secara umum dalam proses
pembelajaran.
(b)
Lakukan rehearsal melalui gerakan,
permainan peran, simulasi, dan kegiatan praktis lainnya.
(c)
Berikan rehat fisik secara rutin sambil
melakukan permainan, seperti Brain Gym.
(d)
Beri kesempatan pada murid untuk
mengungkapkan pengertiannya dengan membuat atau memanipulasi obyek.
(e)
Buatlah montase atau mural.
(f)
Tetapkan target untuk meningkatkan diri
dalam bidang olahraga atau kecakapan yang melibatkan kemampuan koordinasi
tubuh.
6)
Kecerdasan Interpersonal
(a)
Kembangkan kerjasama diantara murid.
(b)
Lakukan pengelompokan secara acak maupun
dengan kriteran tertentu.
(c)
Jelaskan cara Anda melakukan
pengelompokan dan ragam dari metode pembelajaran yang Anda gunakan.
(d)
Ajarkan pada murid bagaimana bersikap
dan bermain dengan rekannya.
(e)
Tetapkan aturan kelas bersama dengan
murid.
(f)
Tetapkan tujuan pembelajaran dan bekerja
bersama mencapai tujuan itu.
7)
Kecerdasan Intrapersonal
(a)
Sediakan waktu yang cukup untuk
melakukan refleksi dan berpikir.
(b)
Bersikap sabar dan menjawab pertanyaan
yang bersifat terbuka dan filosofis (membutuhkan jawaban mendalam).
(c)
Pelajari filosofi untuk anak-anak dan
mulai menggunakannya sebagai tambahan materi pembelajaran.
(d)
Perhatikan dan hargai perasaan dan
motivasi sebagai bagian dari kesempatan berbagi cerita, pengalaman, dan kesan.
(e)
Gunakan peta pikiran dan tembok
aspirasi/mural.
(f)
Gunakan label positif untuk setiap anak.
8)
Kecerdasan Nuturalis
(a)
Belajar di alam terbuka.
(b)
Mempelajari kejadian alam seperti gempa
bumi, gunung meletus, hujan, dan banjir, pasang surut air laut dan apa
implikasinya bagi umat manusia.
(c)
Mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi ekosistem.
(d)
Mempelajari pengaruh perbuatan manusis
terhadap alam, baik itu pengaruh positif maupun negatif, langsung maupun tidak
langsung.
(e)
Memelihara hewan atau tanaman di
sekolah/kelas dan berinteraksi dengan mereka secara rutin.
(f)
Melakukan perjalanan ke lingkungan,
misalnya ke kebun raya atau ke taman safari.
c.
Pendekatan Berdasarkan Wiayah Otak
Ada
pengaruh dominasi otak kiri dan otak kanan terhadap gaya belajar. Pengaruh ini
disebabkan karena fungsi-fungsi dasar yang berbeda-beda dari belahan otak
tersebut. Gaya belajar dipengaruhi oleh adanya dominasi otak kiri dan otak kanan.
Berdasarkan
penelitian terhadap Model Gaya Belajardari Dunn dan Dunn telah membuktikan
bahwa tipe orang yang memproses dengan otak-kiri lebih menyukai lingkungan
belajar dan bekerja dengan suasana sunyi, pencahayaan yang terang, dan
dirancang secara formal. Mereka tidak memerlukan makanan camilan dan bisa
belajar atau bekerja deengan kondisi terbaik saat sendiri atau dengan kehadiran
figur yang berwenang.
Sebaliknya,
kebanyakan tipe orang yang memproses dengan otak kanan lebih menyukai
pengalihan, kebisingan atau musik, pencahayaan redup, rancangan informal,
makanan camilan, mobilitas dan interaksi dengan rekan lain di tempat kerja atau
selama belajar atau sedang berkonsentrasi.
Walaupun
demikian, mereka yang mampu mengintegrasikan penggunaan kedua belah otak jelas
dalam keadaan lebih baik, karena mereka mampu memanfaatkan fleksibilitas untuk
menyesuaikan diri dalam situasi apapun yang memerlukan keterampilan berpikir
secara logis, analitis, sekuensial (berurutan), atau pendekatan holistis,
simultan, dan intuitif.
3.
Cara Belajar Yang Efektif dan Efisien
Belajar
merupakan kegiatan yang bersifat kompleks, sebab keberhasilan belajar sangat
ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kegiatan tersebut. Dalam melakukan
kegiatan belajar, seseorang harus mempersiapkan diri sebaik mungkin dan
bersedia untuk berkorban di dalam menunjang kegiatan belajar. Motivasi dalam
kaitannnya dengan kegiatan belajar merupakan faktor yang harus ada dan kuat
posisinya dalam menentukan keberhasilan belajar. Di samping itu, kegiatan
belajar membutuhkan tenaga/energi yang banyak sehingga kondisi fisiologis maupun psikologis harus betul-betul dalam
keadaan baik.
Keberhasilan
seseorang dalam belajar ditentukan oleh bagaimana keterampilan orang tersebut
di dalam kegiatan belajarnya. Seorang siswa dalam situasi belajar harus
terampil dalam menciptakan suasana yang kondusif untuk pencapaian tujuan
belajarnya. Keterampilan dalam belajar ini menyangkut tentang cara-cara belajar
yang efektif dan efisien, sebab banyak siswa yang gagal dalama belajarnya
dikarenakan tidak mengetahui bagaimana cara belajar yang baik dan tepat.
Kegagalan itu sebenarnya tidak perlu terjadi karena di dalam diri siswa
terdapat potensi yang mungkin bila dibina akan mendapatkan suatu kesuksesan
yang gemilang. Disinilah pentingnya seseorang mengenal kemampuan mereka
sendiri, termasuk didalamnya pemahaman tentang gaya dan cara belajar yang tepat
yang sesuai dengan dirinya sendiri.
Belajar
yang efektif dan efisien dapat menuntun anak untuk meningkatkan kemampuan
sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan cara
belajar yang efektif, siswa perlu memperhatikan beberapa hal yang sangat
berpengaruh bagi keberhasilah dalam belajar, yaitu :
a.
Kondisi Internal
Kondisi
internal yaitu kondisi yang ada di dalam diri individu itu sendiri, misalnya
kesehatan, keamanan, ketenteraman, dan sebagainya. Siswa dapat belajar dengan
baik apabila kebutuhan-kebutuhan internalnya dapat dipenuhi. Kebutuhan primer
manusia yang harus dipenuhi antara lain :
1)
Kebutuhan Psysiologis
Kebutuhan
Psysiologis yaitu kebutuhan jasmani, misalnya kebutuhan akan makan dan minum. Untuk dapat belajar dengan
efektif dan efisien, siswa harus sehat, jangan sampai sakit, karena dapat
mengganggu kerja otak yang mengakibatkan terganggunya kondisi dan konsentrasi
belajar seseorang.
2)
Kebutuhan akan keamanan
Manusia
membutuhkan ketenteraman dan keamanan jiwa. Perasaan kecewa, dendam, takut akan
kegagalan, ketidakseimbangan mental, dan kegoncangan-kegoncangan emosi yang
lain dapat mengganggu kelancaran belajar seseorang. Oleh karena itu agar cara
belajar siswa dapat ditingkatkan ke arah yang efektif, maka siswa harus dapat
menjaga keseimbangan emosi, sehingga perasaan aman dapat tercapai dan pikiran
dapat dipusatkan paada materi pelajaran yang ingijn dipelajari.
3)
Kebutuhan akan status
Kebutuhan
seseorang akan status merupakan kebutuhan primer seseorang, misalnya keinginan
akan keberhasilan. Setiap orang akan berusaha agar keinginannya dapat berhasil.
Untuk kelancaran belajar, siswa perlu optimis, percaya akan kemampuan diri, dan
yakin bahwa ia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Siswa harus yakin
bahwa apa yang dipelajarinya merupakan hal-hal yang kelak akan banyak gunanya
bagi dirinya.
4)
Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta
Manusia
dalam hidupnya membutuhkan kasih sayang dari orang lain. Disamping itu, ia akan
merasa berbahagia apabila dapat memberikan cinta kasih pada orang lain pula.
Keinginan untuk diakui sama dengan orang lain merupakan kebutuhan primer yang
harus dipenuhi. Oleh karena itu, belajar dengan cara berkelompok (bersama)
dapat meningkatkan pengetahuan dan ketajaman berpikir. Untuk itu diperlukan
berpikir yang terbuka, kerja sama, memilih materi yang tepat, dan ditunjang
dengan contoh-contoh yang nyata.
5)
Kebutuhan self-actualization
Tiap
orang tentunya berusaha untuk memenuhi keinginan yang dicita-citakannya. Oleh
karena itu siswa harus yakin bahwa dengan belajar yang baik akan dapat membantu
tercapainya cita-cita yang diinginkannya.
b.
Kondisi Eksternal
Kondisi
eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri individu itu sendiri. Faktor
eksternal antara lain adalah lingkungan fisik, seperti tempat belajar, suhu,
dan suara. Pengaturan kondisi eksternal yang efektif adalah yang sesuai dengan
kondisi (tipe/gaya) peserta didik. Selain itu para peserta didik perlu diberi
bantuan agar mereka dapat belajar secara efektif.
Layanan
bantuan yang seharusnya diberikan kepada siswa adalah bimbingan belajar.
Bimbingan belajar ini meliputi beberapa kegiatan layanan, baik yang bersifat
preventif maupun kuratif. Layanan yang bersifat preventif di antaranya adalah
pemberian layanan informasi sebagai berikut :
1)
Sikap dan kebiasaan belajar yang
positif.
2)
Cara membaca buku yang efektif.
3)
Cara membuat catatan pelajaran.
4)
Cara mengikuti kegiatan belajar di dalam
dan di luar kelas.
5)
Cara belajar kelompok.
6)
Teknis penyusunan laporan.
Rangkuman
:
Belajar adalah proses aktif dari pelajar
menyangkut masalah aktivitas fisik dan mental yang dibarengi dengan perasaan.
Kemampuan belajar tiap individu berbeda, karena perbedaan faktor hereditas
(bakat dan tingkat kecerdasan), minat, umur, pengalaman, tingkat pendidikan,
dan keadaan fisik. Belajar dilakukan melalui indera, karena indera merupakan
pintu masuknya semua rangsangan (stimulasi) belajar kepada seseorang. Semakin
banyak indera dilibatkan, maka akan semakin baik hasil belajarnya. Tidak semua
peserta didik memproses informasi dengan cara yang sama. Mereka mempunyai gaya
dan cara tersendiri yang unik. Gaya belajar adalah cara yang paling disukai
dalam melakukan kegiatan (belajar) memproses dan mengerti suatu informasi.
Terdapat tiga pendekatan gaya belajar,
yaitu :
1.
Pendekatan refrensi sensoris yang
dibedakan menjadi tiga, yaitu visual, audio, dan kinestetik.
2.
Pendekatan berdasarkan prosil kecerdasan
dibedakan menjadi linguistik, logika-matematika, visual-spasial, musikal,
jasmani-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan nauralis.
3.
Pendekatan berdasarkan dominasi otak
kanan dan otak kiri dibedakan menjadi dominasi otak kanan dan dominasi otak
kiri.
Pemahaman
tentang gaya dan cara belajar sangatlah penting dalam rangka memaksimalkan
proses pembelajaran. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan
multimedia yang bisa mengakses semua indera, melayani kebutuhan peserta didik
secara individual. Dengan demikian peserta didik dapat belajar secara efektif
dan efisien. Disamping gaya dan cara belajar, faktor lain yang mempengaruhi
efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar adalah keadaan fisik dan psikologis
peserta didik. Keadaan fisik menentukan kesiapan untuk belajar, misalnya kesehatan,
kesegaran, cacat/tidak. Keadaan psikologis meliputi semua kebituhan, baik fisik
maupun psikologis. Demikian pula, lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses
belajar, misalnya adalah suasana ruangan, suasana sekolah, tempat pendidikan
(baik di sekolah atau di sekitar sekolah)
Komentar
Posting Komentar