LAPORAN KEGIATAN MAGANG KEPENDIDIKAN 1


LAPORAN KEGIATAN

MAGANG KEPENDIDIKAN 1

DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA

 


 

Disusun guna melengkapi Tugas mata kuliah
Profesi Kependidikan Tahun Ajaran 2016/2017
Dosen Pengampu          : Drs. Edy Wiyono, M.Pd

Disusun oleh:

Nama = FRENDI IHWAN SYAMSUDIN

NIM = K2316022

Kelas = B


PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2016/2017

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan observasi ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan Tahun Ajaran 2016/2017.

Telah disahkan pada :
hari                  : Selasa
tanggal                        : 02 April 2017
tempat magang : SMA N 2 Surakarta


       Surakarta, 02 April 2017
Dosen Pembimbing,                                        Mahasiswa,


Drs. Edy Wiyono, M.Pd                               Frendi Ihwan Syamsudin
NIP. 195110421 197501 1 001                      NIM. K2316022











KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan nikmat, taufik, hidayah, dan perkenan-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan magang kependidikan 1 ini dengan lancar.
Magang kependidikan merupakan kegiatan akademik yang tercantum dalam kurikulum semua program studi jenjang S1 yang ada di lingkungan FKIP UNS berupa kegiatan belajar sambil melakukan (learning by doing) dalam rangka pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Kegiatan magang kependidikan ini berkaitan dengan empat kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi paedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.
Terima kasih kami sampaikan kepada bapak Drs.Edy Wiyono, M.Pd yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan kegiatan magang kependidikan 1 yang berlangsung di SMA Negeri 2 Surakarta. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah memberikan kritik dan saran, sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik yang membangun dan sumbangan saran kami harapkan dari pembaca demi semakin baiknya laporan ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, apabila terdapat salah kata mohon untuk dimaafkan. Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, 02 April 2017
Penulis






DAFTAR ISI

Halaman Sampul ........................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................ii
Daftar Isi .................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUHAN
A.    Latar Belakang ................................................................................ 1-2
B.     Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C.     Tujuan ............................................................................................, 3
D.    Metode Penelitian ........................................................................... 3
E.     Manfaat ........................................................................................... 3-4
F.      Tempat dan Waktu...........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A.    Profil Sekolah.................................................................................. 5
B.     Hasil Observasi
1.      Kompetensi Paedagogik..............................................................6-9
2.      Kompetensi Kepribadian .............................................................9-13
3.      Kompetensi Sosial ...................................................................... 13-14
4.      Kultur Sekolah ............................................................................ 15-17
C.     Faktor Pendukung dan Penghambat
1.      Faktor Pendukung ...................................................................... 18
2.      Faktor Penghambat .................................................................... 18
D.    Hasil Yang Diperoleh ....................................................................... 19-22
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ..................................................................................... 23
B.     Saran ..............................................................................................  24
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Dokumentasi......................................................................................... 25-30
Instrumen Magang ................................................................................ 31-32
Logbook................................................................................................ 33-36
Visi dan Misi Sekolah .......................................................................... 37
Tujuan Sekolah ..................................................................................... 38
Transkip Wawancara.............................................................................. 39-42
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Magang kependidikan merupakan kegiatan akademik yang tercantum dalam kurikulum semua program studi jenjang S1 yang ada di lingkungan FKIP UNS berupa kegiatan belajar sambil melakukan (learning by doing) dalam rangka pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (FKIP UNS) merupakan lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang terikat dengan kompetensi guru hasil dari lembaga tersebut. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 1 ayat (1) tentang Guru menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasipeserta didik pada jalur prndidikan formal di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Sejalan dengan pernyataan itu seorang guru harus memiliki kompetensi yang diharapkan, yaitu dapat melaksanakan peran, tugas, dan fungsinya sebagai guru profesional yang memiliki kompetensi paedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Kompetensi ini disiapan melalui pendidikan akademik dan pendidikan profesi.
Kegiatan magang kependidikan ini berkaitan dengan empat kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi paedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa guru harus memiliki kompetensi paedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial sesuai dengan bidang studi dan keilmuan yang terkait. Kompetensi paedagogik adalah keterampilan atau kemampuan yang harus dikuasai seorang guru dalam melihat karakteristik siswa dari berbagai aspek kehidupan, baik itu moral, emosional, maupun intelektual siswa. Kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang berkaitan dengan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Selain itu juga terdapat kompetensi kultur sekolah merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh warga sekolah untuk menaati azaz dan disiplin terhadap aturan sekolah, menaati norma dan nilai religius, menaati norma hukum dan sosial, serta hubungan sosial antar warga sekolah.
Dalam rangka menyiapkan calon guru yang memiliki kompetensi tersebut, maka diperlukan untuk melakukan berbagai upaya peningkatan, antara lain  adalah peningkatan awal mahasiswa baru, peningkatan kompetensi guru, pengembangan isi kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang mamadai, dan penyediaan sarana belajar. Salah satu upaya dalam mencapai hal tersebut maka diperlukan suatu program pengembangan melalui magang mahasiswa di sekolah mitra dengan cara mengamati kultur sekolah/budaya sekolah dan  mengamati peserta didik dalam proses pembelajaran. Program ini disebut dengan program magang kependidikan 1.
Magang kependidikan merupakan kegiatan akademik yang tercantum dalam kurikulum semua program studi jenjang S1 yang ada di lingkungan FKIP UNS berupa kegiatan belajar sambil melakukan (learning by doing) dalam rangka pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Magang kependidikan merupakan kegiatan yang memberikan pengalaman awal (earlier exposure) untuk membangun jatidiri calon pendidik, memantapkan kompetensi akademik kependidikan dan bidang studi, memantapkan kemampuan awal mahasiswa calon guru, mengembangkan perangkat pembelajaran dan kecakapan paedagogis dalam membangun bidang keahlian calon pendidik. Magang kependidikan merupakan kegiatan akademis dan praktis yang lebih memfokuskan pada bidang manajerial dan pembelajaran di sekolah. Salah satu bagian dari magang kependidikan ini adalah magang kependidikan 1 yang melatih mahasiswa calon guru untuk memiliki empat kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru tersebut dengan melakukan wawancara guru mata pelajaran dan observasi kelas terkait dengan kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, dan kultur sekolah. Lingkup kegiatan magang kependidikan 1 adalah sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan program studi mahasiswa masing-masing. Adapun lingkup kerja penyelenggaraan magang kependidikan 1 adalah mahasiswa semester dua, dosen pengampu mata kuliah profesi kependidikan, guru model, dan tim Unit Praktik Kependidikan Terpadu (UPKT) FKIP UNS.



B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kultur sekolah di lingkungan SMAN 1 Surakarta?
2.      Bagaimana kompetensi dasar paedagogik, kepribadian, dan sosial guru model di SMA Negeri 2 Surakarta?
3.      Bagaimana karakteristik profesi guru?
C.    Tujuan
Tujuan magang  kependidikan 1 ini adalah untuk membangun jati diri pendidik dan memantapkan kompetensi akademik kependidikan melalui :
1.      Pengamati langsung kultur sekolah.
2.      Pengamati kompetensi dasar paedagogik, kepribadian, dan sosial guru.
3.      Pengamati karakteristik profesi guru.
D.    Metode Kegiatan
Dalam melakukan kegiatan magang ini, mahasiswa mendapatkan data secara langsung, yakni melakukan wawancara dengan guru model, pihak kurikulum mengenai data sekolah dan dengan siswa, melakukan kegiatan observasi pembelajaran di kelas, serta mengamati secara langsung (observasi) kultur warga sekolah di SMA Negeri 2 Surakarta.
E.     Manfaat
1.      Bagi Mahasiswa
a.       Menambah pemahaman dan penghayatan tentang proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
b.      Membangun landasan jati diri pendidik dan memantapkan kompetensi akademik kependidikan.
c.       Memperoleh pengalaman dan keterampilan untuk melaksanakan pembelajaran dan kegiatan di sekolah.
d.      Memantapkan kompetensi guru profesional melalui observasi dan refleksi langsung di lapangan.
e.       Mendapatkan informasi mengenai kondisi tenaga pendidik di SMA N 2 Surakarta terkait dengan kompetensi paedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.
f.       Mendapatkan bekal untuk implementasi di nlapangan tentang bagaimana pentingnya seorang pendidik memiliki kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
g.      Menberikan pengalaman awal (earlier exposure) untuk membangun jati diri calon pendidik.
2.      Bagi Sekolah
a.       Sekolah memperoleh kesempatan untuk ikut serta dalam menyiapkan calon guru yang berdedikasi dan profesional.
b.      Sekolah memperolah masukan dari mahasiswa magang kependidikan 1 yang berguna untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut.
3.      Bagi Universitas Sebelas Maret
a.       Memperoleh umpan balik dari pelaksanaan magang di sekolah guna mengembangkan kurikulum perguruan tinggi yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
b.      Memperolah berbagai sumber belajar dan menemukan berbagai permasalahan untuk mengembangkan penelitian dan pendidikan.
c.       Mencetak calon guru profesional.
d.      Terjalin kerjasama yang baik dengan pemerintah daerah, instansi daerah, instansi terkait dan sekolah untuk pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
F.     Tempat dan Waktu
1.      Tempat
Tempat magang kependidikan 1 dilaksanakan di SMA Negeri 2 Surakarta yang terletak di Jalan Monginsidi No. 40, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah
2.      Waktu
Kegiatan magang kependidikan 1 ini dilaksanakan pada hari Kamis, 06 April 2017 dengan kegiatan wawancara guru mata pelajaran, observasi kelas, dan foto lampiran.











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Profil Sekolah
Nama Sekolah        = SMA Negeri 2 Surakarta
Logo                       =
NPSN                     = 20327967
NSS                        = 301036105022
Akreditasi              = Akreditasi A
Alamat                   = Jalan Monginsidi No. 40, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah
Kode Pos                           = 57134
Nomer Telepon      = 0271653416
Jenjang                   = SMA
Status                     = Negeri
Situs                       = http://sman2solo.sch.id
Kepala Sekolah      = Drs. Sutikno, M.M
Program                  = IPA dan IPS
Jumlah Kelas          = 35 Kelas
Rentang Kelas        = X, XI IPA, XI IPS, XII IPA, XII IPS
Jumlah Siswa         = 951 siswa
Jumlah Guru           = 138 guru
Fasilitas                  =  Ruang Kelas, Perpustakaan, Laboratorium Audio Visual, GOR Graha Wijaya Kusuma, Masjid Nurul Ilmi, Ruang Agama Kristen, Ruang Agama Katolik, Bengkel Seni, Laboratorium Biologi, Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia, Laboratorium Komputer, Laboratorium Bahasa, Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru, dan Ruang Tata Usaha (TU).
Ekstrakuriluler        = Palang Merah Remaja (PMR), Pramuka, Pecinta Alam (PALA), Paskibraka, Karate, Bola Voli, Kempo, Sepak Bola/Futsal, Bola Basket, Taekwondo, Silat, RMA, KIR, Kesenian, English Club, dan Teater.

B.    Hasil Setiap Aspek
1.      Kompetensi Paedagogik
Dalam bidang pendidikan, khususnya yang diperuntukkan bagi guru, kompetensi paedagogik adalah keterampilan atau kemampuan yang harus dikuasai seorang guru dalam melihat karakteristik siswa dari berbagai aspek kehidupan, baik itu moral, emosional, maupun intelektual siswa. Implikasi dari kemampuan ini tentunya dapat dilihat dari kemampuan guru dalam :
a.       Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasikan bekal ajar awal peserta didik.
b.      Merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakterstik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c.       Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d.      Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas pragram pembelajaran secara umum.
e.       Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan potensi akademik dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan potensi non akademik.
Berdasarkan hasil wawancara guru model dan observasi di SMA Negeri 2 Surakarta, kompetensi paedagogik terbagi meenjadi beberapa indikator, yaitu :
a.       Aspek Potensi Peserta Didik
Potensi yang dikembangkan oleh SMA Negeri 2 Surakarta terhadap peserta didik dalam bidang pendidikan adalah input atau kemampuan awal peserta didik di awal masuk SMA ini, karena siswa masuk dengan berdasarkan sistem nilai. Selain potensi di bidang pendidikan, SMA Negeri 2 Surakarta juga mengembangkan potensi lain yang harus ditekankan kepada peserta didik terlebih dahulu seperti sikap tentang kedisiplinan dan tanggung jawab, sehingga peserta didik dapat berprestasi dalam  kegiatan akademik dan non akademik.
Sekolah/guru mengetahui potensi akademik yang dimiliki oleh peserta didik dilihat dari nilai Ujian Nasional SMP dan tes tersendiri yang berkaitan dengan penjurusan. Jadi untuk mengetahui potensi akademik peserta didik, sekolah/guru tidak hanya melihat nilai dari ujian nasional, tetapi juga terdapat tes pengelompokan. Sedangkan sekolah/guru dapat mengetahui potensi nonakademik dengan melihat bakat dan minat peserta didik yang dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Pengembangan potensi peserta didik di SMA Negeri 2 Surakarta dilakukan dengan pengelompokan peserta didik di awal masuk berdasarkan nilai ujian nasional SMA dan tes ulang menjadi kelompok kelas IPA dan IPS. Pengembangan potensi peserta didik di SMA Negeri 2 Surakarta untuk mata pelajaran fisika dilakukan melalui pelajaran dengan memberikan materi fisika terlebih dahulu kemudian dilakukan tes. Bila ada yang nilainya kurang maka akan diadakan sistem remidial, sedangkan yang nilainya bagus akan dilakukan pengayaan. Siswa yang nilainya bagus diminta untuk mengajari siswa yang nilainya kurang bagus, sehingga siswa yang nilainya kurang bagus dapat termotivasi untuk meningkatkan belajarnya.
b.      Kemandirian dan Etos Kerja
Dalam hal ini peserta didik sudah dapat menunjukkan kemandiriannya, tetapi tingkat kemandirian belum dapat mencapai 100%. Hal ini dipengaruhi oleh input peserta didik di awal masuk, karena latar belakang sikap kemandirian dan SMP peserta didik berbeda-beda. Sesuai dengan amanat dari kurikulum 2013, maka peserta didik harus bisa mandiri proses pembelajaran, tetapi peserta didik tidak bisa dilepas begitu saja dan guru harus mendampingi peserta didik dalam proses belajarnya. Sebelum peserta didik dilepas untu mengeksplorasi sesuatu, guru harus menerangkan konsep terlebih dahulu. Sikap mandiri peserta didik tercermin ketika peserta didik bisa menangkap dan mengembangkan kosep yang diperoleh dalam kegiatan pembelajaran, tetapi jika sudah tidak bisa menangkap hal tersebut peserta didik akan bertanya kepada teman atau gurunya.
Semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sudah bagus, peserta didik sangat antusias ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada saat pembelajaran berlangsung, peserta didik sangat bersemangat untuk memperhatikan materi yang diterangkan oleh guru. Ketika kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok, peserta didik sangat bersemangat untuk bekerja sama dalam berdiskusi dan menyelesaikan tugas kelompok sesuai dengan bagian-bagiannya. Jika guru memberikan pertanyaan-pertanyaan, peserta didik sangat bersemangat untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Ketika guru memberikan soal latihan mengenai konsep yang telah diajarkan, pesrta didik sangat bersemangat untuk meju kedepan mengerjakan soal tersebut, walaupun kadang jawabannya tidak sesuai dengan yang diharapkan guru, tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah karena dengan bersemangat maka mereka juga akan semangat untuk memperbaiki kesalahannya.
Peserta didik dapat menyelesaikan tugas secara mandiri, walaupun belum 100% mandiri. Hal ini disebabkan karena peserta didik mempunyai karakter yang berbeda-beda dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan oleh guru juga berbeda-beda, sehingga terdapat peserta didik yang sudah benar-benar mandiri dalam menyelesaikan tugas dan terdapat peserta didik yang masih memerlukan bantuan dalam menyelesaikan tugas, baik dari teman atau guru.
c.       Pengaruh Positif dan Disegani
Dampak positif yang diperoleh peserta didik dari hasil pembelajaran sangat banyak, salah satunya adalah peserta didik menjadi mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak mereka ketahui. Hal ini berarti peserta didik dari yang tidak tahu menjadi tahu. Selain itu, pembelajaran membawa dampak positif bagi berkembangnya kemampuan berpikir peserta didik, karena dalam proses pembelajaran peserta didik dituntut untuk dapat berpikir secara kritis dan analitis. Dari pembelajaran peserta didik dapat memperoleh ilmu pengetahuan baru yang sebelumnya belum dimiliki. Peserta didik dapat belajar memanfaatkan media pembelajaran, seperti internet untuk belajar.
Peserta didik dapat menerapkan pengetahuan yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam bidang ilmu fisika. Sebagai contoh adalah kaitannya dengan materi pembelajaran fisika di SMA Negeri 2 Surakarta masih memakai Kurikulum 2013 yang belum direvisi, pembelajaran suhu dan kalor mempelajari termometer, sehingga peserta didik menjadi tahu bahwa termometer yang baik berisi air raksa. Pengetahuan lain yang langsung dapat diterapkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari adalah tentang gerak. Jika peserta didik belum mengetahui kaitan antara konsep dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, maka peserta didik akan bertanya kepada guru dan guru akan menjelaskannya, sehingga materi yang dipelajari dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Implikasi kompetensi kepribadian ini tentunya dapat dilihat dari sikap guru yang meliputi :
a.       Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
b.      Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
c.       Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d.      Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
e.       Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputi bertindak sesuai dengan norma religius (iman, taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong, dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik)
Berdasarkan hasil wawancara guru model dan observasi di SMA Negeri 2 Surakarta, kompetensi kepribadian terbagi meenjadi beberapa indikator, yaitu :
a.       Kejujuran
Tindakan peserta didik sudah mencerminkan dengan perkataan yang diucapkannya. Hal ini dapat dicontohkan terdapat peserta didik yang menemukan uang atau barang, kemudian diserahkan ke Tata Usaha (TU) untuk diumumkan siapakan yang kehilangan uang atau barang tersebut. Kemudian peserta didik yangmerasa kehilangan uang atau barang tersebut datang ke TU dengan menyebutkan ciri-ciri dari uang atau barang yang hilang. Contoh lainnya adalah ketika dimintai pendapatnya tentang suatu hal, peserta didik menjawabnya dengan jujur. Selain itu pada saat ulangan, peserta didik mengerjakan sendiri ulangannya. Pada saat terdapat pekerjaan yang dikoreksi teman, terdapat peserta didik yang lapor bahwa seharusnya jawabannya salah tapi dibenarkan atau seharusnya jawabannya benar tapi disalahkan. Terdapat juga peserta didik yang melaporkan kepada guru bahwa nilainya kelebihan atau kekurangan dan seharusnya nilai yang benar sekian dengan menunjukkan bukti lembar jawabnya.
Tingkat kejujuran peserta didik sudah cukup tinggi. Hal ini tercermin pada sikap dan perbuatan peserta didik seperti yang sudah ditunjukkan di atas. Tetapi tingkat kejujuran ini harus tetap ditingkatkan dan diperbaiki lagi dengan cara guru tetap memberikan nasehat dan motivasi kepada peserta didik agar dapat terus termotivasi untuk selalu jujur, karena ada kalanya kejujuran peserta didik berkurang dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
b.      Menarik
Cara menarik perhatian peserta didik agar tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran adalah guru dalam memberikan pembelajaran harus menarik dan kreatif dengan beberapa model pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran tidak hanya terpaku pada satu model saja, tetapi dengan memberikan beberapa kombinasi model pembelajaran kepada peserta didik. Tetapi model pembelajaran harus memperhatikan karakter dari peserta didik, sehingga pembelajaran dapat menarik perhatian dari peserta didik. Metode pembelajaran juga dibuat menyenangkan, tidak hanya metode ceramah  sehingga peserta didik tidak mudah jenuh. Saat mulai terlihat kebosanan di wajah peserta didik, maka guru harus memberikah kata-kata lucu atau humor dan memerintahkan peserta didik untuk aktif, yaitu dengan cara peserta didik sesering mungkin diberi soal untuk maju ke depan mengerjakannya.
Model pembelajaran yang diterapkan bagi peserta didik sesuai dengan amanat dari kurikulum 2013, yaitu dengan model pembelajaran yang mengarah kepada pendekatan saintifik. Model pembelajaran ini dapat dilakukana dengan memberikan pengenalan materi secara terbimbing agar peserta didik mampu mengerti konsep materi secara mandiri. Kemudian memberikan pertanyaan kepada peserta didik. Setelah itu eksperimen agar peserta didik lebih memahami konsep dari materi yang dipelajari. Kemudidan diberikan latihan soal untuk menguji seberapa besar tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi. Jadi model pembelajaran yang diterapkan bagi peserta didik adalah model pembelajaran yang mengarah kepada pendekatan saintifik sesuai dengan kurikulum 2013.
c.       Empati
Cara menunjukkan sikap empati kepada peserta didik adalah pada saat pembelajaran berlangsung guru harus mempunyai semangat yang tinggi daripada peserta didik, sehingga guru dapat menunjukka sikap semangatnya dalam mendidik dan peserta didik dapat termotivasi untuk bersemangat serta dapat menerima materi pembelajaran yang disampaikan guru. Guru harus memperhatikan wajah peserta didik, apabila terdapat peserta didik yang malas-malasan atau mengantuk maka guru harus membuat suasana baru dengan sedikit humor atau pemberian soal, sehingga peserta didik dapat nyaman dan bersemangat kembali. Proses pembelajaran harus dibuat semenarik mungkin dan bervariasi dalam penyampaian materi. Pembelajaran tidak hanya menggunakan metode ceramah saja, tetapi juga menggunakan metode lain seperti diskusi, tugas kelompok, pertanyaan-pertanyaan, maupun dalam bentuk permainan. Tetapi metode tersebut harus dipilih sedemikian rupa sehingga cocok dengan karakteristik dari peserta didik secara keseluruhan. Pemberian tugas juga harus menarik dan variatif. Misalnya biasanya guru memberikan tugas berupa soal dan peserta didik menjawabnya. Tugas ini bisa diubah dengan guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat soal dan soal tersebut ditukar dengan peserta didik yang  lainnya untuk dikerjakan.
Cara menanamkan sikap empati pada peserta didik adalah dengan membuat suasana pembelajaran menjadi nyaman, pemberian soal-soal agar peserta didik aktif dalam proses pembelajaran, pembelajaran dilakukan dengan menarik dan variatif, serta guru harus bisa berganti-ganti model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
d.      Kolaboratif
Peserta didik mampu bekerja secara berkelompok. Hal ini dapat ditunjukkan dengan sikap peserta didik pada saat belajar kelompok. Pada saat berkelompok dapat dilihat keaktifan dan kerja sama antara peserta didik yang satu dengan laiinya. Saat berkelompok mereka menunjukkan sikap semangat dan bersungguh-sungguh untuk berdiskusi dan mengerjakan tugas. Sikap semangat dan bersungguh-sungguh tersebut menunjukkan bahwa peserta didik mampu untuk bekerja secara berkelompok dengan baik.
Cara menanamkan sikap kolaboratif pada peserta didik adalah dengan menerapkan metode eksperimen (praktikum)  dan diskusi. Dalam kegiatan eksperimen dan diskusi ini peserta didik dibentuk menjadi beberapa kelompok. Dalam pembentukan kelompok, guru harus memperhatikan prinsip pemerataan. Prinsip pemerataan ini berarti bahwa saat pembentukan kelompok distribusi antara peserta didik yang unggul dan peserta didik yang kurang unggul dimeratakan. Pemilihan unggul tidaknya peserta didik ini dilakukan dengan melihat potensi yang dimilikinya dalam pokok bahasan yang akan didiskusikan. Masing-masing peserta didik tentunya mempunyai kelebihan masing-masing sesuai dengan bidangnya, baik itu eksperimen, hitungan, dan kemapuan berbicara. Sehingga dengan pemerataan ini diharapkan muncul sikap kolaboratif pada peserta didik dimana peserta didik yang unggul akan mengajari peserta didik yang kurang unggul dan peserta didik yang kurang unggul memperhatikan apa yang diajarkan oleh temannya tersebut. Jadi cara yang tepat untuk menanamkan sikap kolaboratif dari peserta didik adalah dengan cara membagi peerta didik menjadi beberapa kelompok untuk bereksperimen atau berdiskusi.
e.       Suka Menolong
Menanamkan sikap suka menolong pada peserta diidk dapat dilakukan dengan melakukan review kepada peserta didik dengan diberi soal-soal sesuai dengan materi yang diajarkan di akhir pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan untuk menanamkan sikap tolong menolong peserta didik, karena dengan diberi soal biasanya terdapat sebagian peserta didik yang sudah selesai mengerjakan soal dan terdapat sebagian peserta didik yang belum selesai mengerjakan soal. Peserta didik yang belum selesai mengerjakan soal ini akan bertanya kepada peserta didik yang sudah selesai mengerjakan soal terkait bagaimana cara mengerjakannya. Peserta didik yang sudah selesai  mengerjakan soal ini kemudian memberikan bantuan cara mengerjakan soal kepada peserta didik yang belum selesai. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa dengan dilakukan review pembelajaran dapat tumbuh sikap tolong menolong di dalam diri peserta didik.
Peserta didik sangat mampu untuk menerapkan sikap suka tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari. Sikap suka tolong menolong ini tercermin ketika peserta didik saling membantu dalam suatu kegiatan-kegiatan organisasi dan ekstrakurikuler, saling membantu untuk menyiapkan acar tertentu, dan saling membantu bila terdapat teman yang kesusahan. Contoh realnya adalah terdapat peserta didik yang lupa membawa uang saku kemudian terdapat peserta didik lainnya yang membantunya dengan meminjami uang. Perilaku tersebut merupakan cerminan dari sikap suka tolong menolong antara peserta didik yang satu dengan yang lainnnya.
3.      Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
a.       Bersikap inkulif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, reskondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial keluarga.
b.      Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c.       Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
d.      Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan.
Berdasarkan hasil wawancara guru model dan observasi di SMA Negeri 2 Surakarta, kompetensi sosial terbagi meenjadi beberapa indikator, yaitu :
a.       Menjadi Panutan
Peserta didik dapat menjadi panutan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik yang satu dengan yang lain memiliki aspek yang dalam hal menjadi panutan. Terdapat peserta didik yang sifatnya baik dan suka membantu, maka dia menjadi panutan bagi teman-temannya. Terdapat peserta didik yang selalu jujur, maka dia juga menjadi panutan bagi teman-temannya. Terdapat peserta didik yang memiliki jiwa disiplin dan tanggung jawab tinggi, maka dia menjadi panutan bagi teman-temannya.
Panutan termasuk sikap dan karakter yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Peserta didik yang menjadi panutan ini sering diindikasikan sebagai pemimpin. Tetapi tidak semua peserta didik bisa menjadi pemimpin bagi yang lain. Oleh karena itu untuk menanamkan sifat kepemimpinan, guru harus melakukan suatu usaha yang dapat dillaksanakan melalui pembelajaran model diskusi. Peserta didik dibentuk kelompok untuk mendiskusikan suatu permasalahan kemudian mempresentasikannya. Pada saat presentasi ini guru meminta kepada semua anggota kelompok agar aktif berbicara saat mempresentasikan hasil belajar kelompoknya. Dengan demikian usaha ini dapat melatih keberanian peserta didik, mampu membentuk mental peserta didik, dan dapat digunakan untuk menanamkan sifat kepemimpinan pada diri peserta didik.
b.      Komunikatif
Peserta didik sangat komunikatif selama pembelajaran berlangsung. Peserta didik tidak diam saja ketika guru menjelaskan, tetapi juga aktif bertanya jika terdapat materi yang belum paham. Peserta didik sangat aktif saat guru memberi pertanyaan-pertanyaan, terbukti bahwa siswa langsung merespon pertanyaan guru dengan menjawabnya. Ketika diberi soal, peserta didik berebut untuk maju mengerjakannya di papan tulis. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik aktif dalam pembelajaran dan proses pembelajaran berlangsung secara komunikatif.
Peserta didik mampu berkomunikasi dengan warga sekolah dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dengan peserta didik lainnya, guru, kepala sekolah, maupun dengan karyawan TU. Sebagian besar peserta didik selalu menyapa dan mencium tangan jika bertemu dengan kepala sekolah, guru, dan karyawan TU. Hal itu menunjukkan bahwa peserta didik mampu bersosialisasi dan menghormati kepala sekolah, guru, dan karyawan TU. Begitu pula antara peserta didik dengan peserta didik yang lain sudah dapat bersosialisasi dengan baik. Peserta didik tidak hanya bersosialisasi dengan teman sekelasnya, tetapi juga bersosialisasi dengan teman beda kelas dan dengan teman berbeda angkatan.
c.       Kooperatif
Peserta didik dapat bersifat kooperatif selama pembelajaran berlangsung. Peserta didik dapat bekerja sama dengan peserta didik yang lainnya dalam berbagai aspek. Hal ini dapat dilihat ketika peserta didik diberi tugas kelompok untuk menyelesaikan suatu soal atau permasalahan. Peserta didik akan saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas tersebut. Peserta didik akan melakukan pembagian tugas dalam menyelesaikan tugas kelompok tersebut dan akan saling membantu jika terdapat peserta didik yang kesulitan dalam mengerjakan soal yang menjadi bagiannya.
Tingkat kooperatif peserta didik selama kegiatan belajar mengajar sudah cukup tinggi, baik itu dalam menyelesaikan tugas kelompok di kelas maupun menyelesaikan tugas kelompok di luar kelas.



4.      Kompetensi Kultur Sekolah
Kompetensi kultur sekolah merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh warga sekolah untuk menaati azaz dan disiplin terhadap aturan sekolah, menaati norma dan nilai religius, menaati norma hukum dan sosial, serta hubungan sosial antar warga sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara guru model dan observasi di SMA Negeri 2 Surakarta, kompetensi kultur sekolah terbagi meenjadi beberapa indikator, yaitu :
a.       Taat Azaz dan Disiplin Terhadap Aturan Sekolah Yang Menaungi dan Menerapkannya Dalam Kehidupan Sehari-hari
Peserta didik telah mampu menaati peraturan sekolah dengan baik. Misalnya adalah peserta didik masuk kelas sesuai dengan jam masuk yang telah diatur oleh sekolah, peserta didik berkata-kata dan bertingkah laku yang baik, dan peserta didik memakai seragam sesuai dengan peraturan sekolah.
Terkait dengan kedisiplinan terhadap aturan sekolah, peserta didik sangat disiplin untuk menaati peraturan sekolah yang telah disepakati bersama. Sebagai contoh masuk sekolah pukul 07.10 menit, maka peserta didik sudah berada di kelas sebelum pukul 07,10 menit. Contoh lainnya adalah peserta didik sangat disiplin dalam berpenampilan. Peserta didik berpakaian sesuai dengan jadwal yang dibuat oleh sekolah. Dalam berpakaian baju peserta didik dimasukkan ke celana. Rambutnya disisir rapi, sehingga tidak acak-acakan.
Apabila terdapat peserta didik yang tidak menaati peraturan dan disiplin sekolah, maka peserta didik akan diberikan sanksi. Sanksi yang diberlakukan di SMA N 2 Surakarta ini merupakan pemberian poin ssesuai dengan kriteria tata tertib yang dilangggar oleh peserta didik tersebut. Setelah itu peserta didik ditindaklanjuti oleh guru Bimbingan Konseling (BK) untuk diberikan pembimbingan-pembimbingan agar tidak mengulangi kesalahannya dalam melanggar tata tertib dan menekankan kepada diri peserta didik untuk selalu  menaati peraturan yang diberlakukan oleh sekolah.
b.      Norma dan Nilai Religius Yang Diteladani
Peserta didik di SMA N 2 Surakarta telah melaksanakan ajaran agama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing yang dianut oleh peserta didik. Peserta didik di SMA N 2 Surakarta mayoritas beragama Islam dan beberapa ada yang beragama Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Peserta didik sebagian besar telah melaksanakan ajaran agama sesuai dengan ajaran agama dan kepercayaannya. Hal ini dapat dilihat pada jam istirakat pertama di SMA N 2 Surakarta, yaitu pukul 09.15 WIB, peserta didik yang beragama Islam berbondong-bondong menuju mushola untuk melaksanakan shalat dhuha secara bergantian dan peserta didik yang non muslim juga melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya. Kemudian pada jam istirahat kedua sekitar pukul 11.40 WIB, peserta didik yang muslim berbondong-bondong menuju ke mushola untuk melaksanakan shalat dzuhur secara berjamaah dan peserta didik yang nono muslim juga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama masing-masing.
Penerapan ajaran agama peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di SMA N 2 Surakarta dapat dilihat dari pelaksanaan ibadah yang sudah dijelaskan di atas baik muslim maupun non muslim pelaksanaannya baik. Kemudian dilihat dari interaksi antar peserta didik yang berbeda agama, mereka terlihat saling menghormati dan menghargai perbedaan agama antara yang satu dengan yang lainnya.
c.       Norma Hukum dan Sosial, Rasa Bangga, dan Konsisten Dengan Norma
Tata tertib yang terdapat di SMA N 2 Surakarta mencakup seluruh aspek-aspek norma yang ada seperti mengenai norma agama, norma hukum, norma kemanusiaan, norma kesusilaan, dan norma kesopanan antara warga sekolah. Contoh tata tertib yang berkaitan dengan norma hukum adalah melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Contoh tata tertib yang berkaitan dengan norma hukum adalah bila melanggar tata tertib akan dikenai sanksi tertentu sesuai dengan tata tertib yang dilanggar. Contoh tata tertib  yang berkaitan dengan norma kemanusiaan adalah dilarang menyakiti teman dan guru. Contoh tata tertib dari norma kesusilaan adalah dilarang melakukan perbuatan tang tidak susila, seperti tidak boleh pacaran. Contoh dari norma kesopanan adalah peserta didik harus menghormati dan menghargai seluruh warga sekolah.
Pelaksanaan tata tertib di sekolah yang sudah dibuat oleh bidang kesiswaan  dengan cukup baik. Sebagian besar peserta didik sudah melaksanakan tata tertib sekolah dengan baik. Seperti pesera didik sudah beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing, peserta didik tidak melakukan perbuatan penganiayaan maupun perbuatan asusila, serta peserta didik selalu menghormati dan menghargai warga sekolah lainnya.
Apabila terdapat peserta didik yang melanggar tata tertib sekolah, maka peserta didik akan diberi sanksi sesuai dengan tata tertib apa yang dilanggarnya yaitu dengan diberikan poin peringatan dan peringatan secara lisan. Apabila peserta didik masih tetap melanggar maka diberikan surat peringatan tertulis dan surat pemanggilan orang tua/wali siswa. Dan apabila peserta didik masih melanggar, maka peserta didik akan dikeluarkan dari sekolah. Tetapi di SMA  N 2 Surakarta tidak sampai mengeluarkan peserta didik, karena pada peringatan poin  pertama peserta didik sudah tidak mengulangi pelanggarannya lagi.
d.      Hubungan Sosial Antar Warga Sekolah
Hubungan antar sesama warga sekolah di SMA N 2 Surakarta sudah terjalin dengan baik. Sesama warga sekolah memiliki sikap saling menghormati dan menghargai, baik peserta didik, kepala sekolah, guru, dan karyawan TU.
Warga sekolah memiliki sifat yang positif terhadap komite sekolah, orang tua/wali siswa, dan lingkungan. contohnya adalah jika ada acara tertentu yang berhubungan dengan orang tua siswa, maka orang tua siswa diundang dengan menggunakan undangan. Selalu terdapat kerja sama antara warga sekolah dengan komite sekolah, khususnya menyangkut masalah keuangan sekolah. Setiap ada pemasukan dan pengeluaran yang diselenggarakan sekolah maka komite sekolah akan diberitahu melalui surat edaran. Kemudian pemasukan dan pengeluaran dana tersebut harus dibuat laporan pertanggungjawaban kepada komite sekolah.
Kegiatan rutin warga sekolah dalam hubungannya dengan kekeluargaan adalah diadakannya acara-acara keagamaan rutin sesuai dengan agama dan kepercayaan warga sekolah, diadakannya kegiatan dalam rangkaian dies natalis SMA N 2 Surakarta, serta diadakan upacara rutin hari senin dan hari-hari besar nasional. Kemudian kegiatan rutin warga sekolah dalam hubungannya dengan lingkungan adalah melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan, sehingga lingkungan menjadi bersih dan terlihat rapi. Selain itu juga dilakukan kegiatan bakti sosial dari sekolah kepada masyarakat yang vmenunjukkan rasa saling menghormasi dan menghargai. Kegiatan bakti sosial ini dilakukan oleh semua warga sekolah, mulai dari peserta didik, kepala sekolah, komite sekolah, guru, dan karyawan.



C.    Faktor Pendukung dan Penghambat
Dalam melaksanakan kegiatan magang kependidikan 1 ini, penulis mempunyai faktor pendukung dan penghambat, yaitu :
1.      Faktor Pendukung
a.       Terdapat informasi magang yang jelas dari dosen pengampu mata kuliah Profesi Kependidikan, sehingga magang dapat berjalan dengan lancar.
b.      Terdapat kemudahan mengenai informasi magang kependidikan 1 oleh FKIP UNS melalui UPKT.
c.       Terdapat standar operasional magang kependidikan yang memudahkan penulis dalam melaksanakan kegiatan magang kependidikan 1.
d.      Terdapat instrumen magang yang dapat memudahkan penulis dalam melaksanakan kegiatan magang kependidikan 1.
e.       Kemudahan dalam membuat surat perizinan dari fakultas.
f.       Keringanan dalam kegiatan perkuliahan ketika melaksanakan magang.
g.      Kemudahan untuk bertemu guru fisika di SMA N 2 Surakarta.
h.      Dapat berkomunikasi dengan baik selama kegiatan wawancara.
i.        Teman-teman kelompok magang dapat diajak bekerja sama dalam melakukan kegiatan wawancara magang dan observasi kelas.
2.      Faktor penghambat
a.       Kesulitan untuk menentukan sekolah yang digunakan untuk observasi, karena penulis bukan orang Surakarta asli dan terdapat sekolah yang sudah diobservasi oleh mahasiswa pendidikan fisika lainnya.
b.      Kesulitan untuk melakukan pemahaman isi pertanyaan wawancara kepada guru model.
c.       Kesulitan untuk melakukan perizinan di SMA N 2 Surakarta, karena surat yang sudah diserahkan ke Tata Usaha (TU) hilang dan penulis harus membuat surat izin magang yang baru.
d.      Kesulitan menentukan hari untuk melakukan wawancara dan observasi kelas, karena jadwal mengajar guru model sangat padat dan saat itu sedang bersamaan dengan waktu ujian SMA.


D.    Hasil Yang Diperoleh
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kelas, penulis memperoleh hasil bahwa SMA Negeri 2 Surakarta berupaya untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik, baik itu potensi akademik maupun potensi non akademik. Potensi yang dikembangkan oleh SMA Negeri 2 Surakarta terhadap peserta didik dalam bidang pendidikan adalah input atau kemampuan awal peserta didik di awal masuk SMA ini, karena siswa masuk dengan berdasarkan sistem nilai. Selain potensi di bidang pendidikan, SMA Negeri 2 Surakarta juga mengembangkan potensi lain yang harus ditekankan kepada peserta didik terlebih dahulu seperti sikap tentang kedisiplinan dan tanggung jawab, sehingga peserta didik dapat berprestasi dalam  kegiatan akademik dan non akademik. Pengembangan potensi peserta didik tersebut dilakukan melalui pembelajaran di kelas berdasarkan bakat dan  minat dari peserta didik dengan menambah sarana dan prasarana yang diperlukan. Pengembangan potensi peserta didik juga dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang telah ada di SMA Negeri 2 Surakarta.
SMA Negeri 2 Surakarta berupaya untuk menanamkan sikap mandiri dan etos kerja yang tinggi kepada peserta didik. Untuk menanamkan sikap mandiri tersebut, SMA Negeri 2 Surakarta melakukan suatu kegiatan pembelajaran dengan metode pendekatan saintifik sesuai amanat dari kurikulum 2013. Untuk menumbuhkan semangat belajar peserta didik, guru SMA Negeri 2 Surakarta memberikan motivasi-motivasi kepada peserta didik agar tumbuh rasa semangat dan etos kerja yang tinggi. Pembelajaran dengan metode pendekatan saintifik ini membawa dampak positif kepada peserta didik peserta didik dari hal yang tidak tahu menjadi tahu. Selain itu, pembelajaran membawa dampak positif bagi berkembangnya kemampuan berpikir peserta didik, karena dalam proses pembelajaran peserta didik dituntut untuk dapat berpikir secara kritis dan analitis. Dari pembelajaran peserta didik dapat memperoleh ilmu pengetahuan baru yang sebelumnya belum dimiliki. Peserta didik dapat belajar memanfaatkan media pembelajaran, seperti internet untuk belajar.
SMA Negeri 2 Surakarta juga berupaya untuk menanamkan sikap jujur kepada peserta didik melalui pemberian nasehat bahwa jujur itu merupakan hal yang paling utama dalam kehidupan ini. SMA Negeri 2 Surakarta berupaya untuk membuat suasana belajar semenarik mungkin sehingga muncul sikap empati dan sikap kolaboratif yang tinggi dari peserta didik yang menyebabkan peserta didik dapat belajar kelompok dengan baik dan tumbuh sikap tolong menolong dalam hal kebaikan. Dalam hal ini SMA Negeri 2 Surakarta melakukannya dengan membentuk kelompok-kelompok belajar yang mendiskusikan tentang konsep materi tertentu. Dalam pembentukan kelompok diupayakan adanya pemerataan antara peserta didik yang unggul dan peserta didik yang kurang unggul, sehingga peserta didik yang unggul akan mengajari peserta didik yang kuranh unggul dan peserta didik yang kurang unggul menjadi termotivasi untuk terus meningkatkan belajarnya. Dengan demikian materi pembelajaran akan mudah dimengerti oleh peserta didik.
SMA Negeri 2 Surakarta juga mengupayakan pembentukan sikap kepemimpinan kepada diri peserta didik, karena hai ini termasuk sikap dan karakter yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Tetapi tidak semua peserta didik bisa menjadi pemimpin bagi yang lain. Oleh karena itu untuk menanamkan sifat kepemimpinan, guru SMA Negeri 2 Surakarta melakukan suatu usaha yang dapat dilaksanakan melalui pembelajaran model diskusi. Peserta didik dibentuk kelompok untuk mendiskusikan suatu permasalahan kemudian mempresentasikannya. Pada saat presentasi ini guru meminta kepada semua anggota kelompok agar aktif berbicara saat mempresentasikan hasil belajar kelompoknya. Dengan demikian usaha ini dapat melatih keberanian peserta didik, mampu membentuk mental peserta didik, dan dapat digunakan untuk menanamkan sifat kepemimpinan pada diri peserta didik.
SMA Negeri 2 Surakarta juga mengupayakan agar komunikasi antara peserta didik dengan guru atau dengan peserta didik yang lain dapat berjalan dengan lancar. Sehingga pada saat pembelajaran berlangsung, peserta didik tidak diam saja ketika guru menjelaskan, tetapi juga aktif bertanya jika terdapat materi yang belum paham. Peserta didik sangat aktif saat guru memberi pertanyaan-pertanyaan, terbukti bahwa siswa langsung merespon pertanyaan guru dengan menjawabnya. Ketika diberi soal, peserta didik berebut untuk maju mengerjakannya di papan tulis. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik aktif dalam pembelajaran dan proses pembelajaran berlangsung secara komunikatif.
SMA Negeri 2 Surakarta juga mengupayakan agar peserta didik kooperatif selama pembaelajaran berlangsung. Peserta didik dapat bekerja sama dengan peserta didik yang lainnya dalam berbagai aspek. Hal ini dapat dilihat ketika peserta didik diberi tugas kelompok untuk menyelesaikan suatu soal atau permasalahan. Peserta didik akan saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas tersebut. Peserta didik akan melakukan pembagian tugas dalam menyelesaikan tugas kelompok tersebut dan akan saling membantu jika terdapat peserta didik yang kesulitan dalam mengerjakan soal yang menjadi bagiannya.
Peserta didik telah mampu menaati peraturan sekolah dengan baik. Terkait dengan kedisiplinan terhadap aturan sekolah, peserta didik sangat disiplin untuk menaati peraturan sekolah yang telah disepakati bersama. Sebagai contoh masuk sekolah pukul 07.10 menit, maka peserta didik sudah berada di kelas sebelum pukul 07,10 menit. Contoh lainnya adalah peserta didik sangat disiplin dalam berpenampilan. Peserta didik berpakaian sesuai dengan jadwal yang dibuat oleh sekolah. Dalam berpakaian baju peserta didik dimasukkan ke celana. Rambutnya disisir rapi, sehingga tidak acak-acakan. Apabila terdapat peserta didik yang tidak menaati peraturan dan disiplin sekolah, maka peserta didik akan diberikan sanksi. Sanksi yang diberlakukan di SMA N 2 Surakarta ini merupakan pemberian poin ssesuai dengan kriteria tata tertib yang dilangggar oleh peserta didik tersebut. Setelah itu peserta didik ditindaklanjuti oleh guru Bimbingan Konseling (BK) untuk diberikan pembimbingan-pembimbingan agar tidak mengulangi kesalahannya dalam melanggar tata tertib dan menekankan kepada diri peserta didik untuk selalu  menaati peraturan yang diberlakukan oleh sekolah.
SMA Negeri 2 Surakarta juga berupaya agar peserta didik memiliki jiwa kerohanian yang tinggi dan kegiatan beribadah tetap berjalan dengan lancar sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut oleh peserta didik melalui pendidikan agama maupun acara-acara keagamaan tertentu. Penerapan ajaran agama peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di SMA N 2 Surakarta dapat dilihat dari pelaksanaan ibadah yang sudah dijelaskan di atas baik muslim maupun non muslim pelaksanaannya baik. Kemudian dilihat dari interaksi antar peserta didik yang berbeda agama, mereka terlihat saling menghormati dan menghargai perbedaan agama antara yang satu dengan yang lainnya.
Hubungan antar sesama warga sekolah di SMA N 2 Surakarta sudah terjalin dengan baik. Sesama warga sekolah memiliki sikap saling menghormati dan menghargai, baik peserta didik, kepala sekolah, guru, dan karyawan TU.  Warga sekolah memiliki sifat yang positif terhadap komite sekolah, orang tua/wali siswa, dan lingkungan. contohnya adalah jika ada acara tertentu yang berhubungan dengan orang tua siswa, maka orang tua siswa diundang dengan menggunakan undangan. Selalu terdapat kerja sama antara warga sekolah dengan komite sekolah, khususnya menyangkut masalah keuangan sekolah. Setiap ada pemasukan dan pengeluaran yang diselenggarakan sekolah maka komite sekolah akan diberitahu melalui surat edaran. Kemudian pemasukan dan pengeluaran dana tersebut harus dibuat laporan pertanggungjawaban kepada komite sekolah.
SMA Negeri 2 Surakarta juga melakukan kegiatan rutin warga sekolah dalam hubungannya dengan kekeluargaan adalah diadakannya acara-acara keagamaan rutin sesuai dengan agama dan kepercayaan warga sekolah, diadakannya kegiatan dalam rangkaian dies natalis SMA N 2 Surakarta, serta diadakan upacara rutin hari senin dan hari-hari besar nasional. Kemudian kegiatan rutin warga sekolah dalam hubungannya dengan lingkungan adalah melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan, sehingga lingkungan menjadi bersih dan terlihat rapi. Selain itu juga dilakukan kegiatan bakti sosial dari sekolah kepada masyarakat yang vmenunjukkan rasa saling menghormasi dan menghargai. Kegiatan bakti sosial ini dilakukan oleh semua warga sekolah, mulai dari peserta didik, kepala sekolah, komite sekolah, guru, dan karyawan.

























BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan, kultur sekolah di SMAN 1 Surakarta itu secara garis besar dalam kedisiplinan sudah baik. Peserta didik SMA Negeri 2 Surakarta mampu menaati tata tertib yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hubungan antara warga sekolah juga terjalin lancar karena sering diadakannya kegiatan rutin yang diadakan sekolah maupun siswa. Peserta didik sudah dapat belajar mandiri dengan  panduan dari guru dan memiliki semangat belajar tinggi. Peserta didik mempunyai tingkat kejujuran dan sikap suka tolong menolong yang baik.
Dari hasil wawancara guru model dan observasi kelas dalam kegiatan magang 1 yang dilaksanakan di SMA Negeri 2 Surakarta dapat disimpulkan bahwa SMA Negeri 2 Surakarta memiliki komitmen dan semangat yang tinggi untuk mewujudkan empat kompetensi dasar yang dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.. Kompetensi dasar guru tersebut di SMA Negeri 2 Surakarta secara garis besar sudah terpenuhi. Karena berdasarkan dari observasi yang telah dilakukan guru memenuhi semua indikator yang telah ditentukan.
Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan, penulis memperoleh pengetahuan bahwa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang menarik diperlukan berbagai upaya-upaya yang harus dilakukan. Selain itu agar kegiatan belajar mengajar juga nyaman diperlukan kerjasama antara peserta didik, guru, kepala sekolah, karyawan TU, komite sekolah, orang tua/wali siswa, dan lingkungan sekitar.
Setelah melaksanakan kegiatan magang kependidikan I, penulis mendapatkan pengetahuan yang lebih mengenai situasi dan kondisi lingkungan sekolah, cara menghadapi permasalahan peserta didik, dan menyadari bahwa profesi guru merupakan profesi yang mulia, karena profesi guru berguna untuk membentuk penerus bangsa yang berguna bagi negara Indonesia. Guru tidak henti-hentinya untuk memberikan  ilmunya kepada peserta didik. Peran guru sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa guna membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik.



B.     Saran
1.      Untuk mahasiswa
a.       Mahasiswa magang 1 sebaiknya melakukan kegiatan magang kependidikan 1 ini dengan sebaik-baiknya dan bersungguh-sungguh, sehingga data yang diperoleh benar dan dapat dipertanggungjawabkan
b.      Mahasiswa magang kependidikan 1 sebaiknya menyusun laporan dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab.sesuai dengan data yang ada.
c.       Mahasiswa magang kependidikan 1 harus bisa membagi waktu dengan sebaik-baiknya, sehingga kegiatan magang tidak bertabrakan dengan jadwal mata kuliah lain dan magang dapat berjalan dengan lancar.
d.      Mahasiswa magang kependidikan 1 harus memahami pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada guru model terlebih dahulu, sehingga guru model tidak kebingungan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
e.       Mahasiswa magang kependidikan 1 harus memahami standar operasional prosedur (SOP) magang terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara, observasi, dan menyusun laporan magang.
2.      Untuk Universitas Sebelas Maret (UNS)
Tim Unit Praktik Kependidikan Terpadu (UPKT) harus lebih mengupayakan pemberian informasi-informasi berkaitan dengan magang kependidikan 1 melalui sosialisasi magang kependidikan 1
3.      Untuk Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Fakultas diharapkan dapat memberikan pedoman kegiatan observasi yang lebih jelas, sehingga mahasiswa magang kependidikan 1 dapat memahami alur pelaksanaan observasi magang kependidikan 1 dengan baik
4.      Untuk SMA Negeri 2 Surakarta
a.       Untuk meningkatan kualitas guru di Indonesia, sebaiknya perlu dilakukan upaya peningkatan kompetensi-kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi paedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.
b.      Agar suasana belajar menjadi nyaman dan kondusif, maka diperlukan kerja sama yang baik dari peserta didik, guru, kepala sekolah, karyawan TU, komite sekolah, orang tua/wali siswa, dan lingkungan sekitar.



LAMPIRAN
Lampiran 1
Dokumentasi
(Foto dengan guru model setelah wawancara selesai)

(Foto dengan guru model setelah selesai observasi)
(Foto suasana kelas saat observasi kelas)

(Foto visi, misi, dan tujuan sekolah)
(Pendidikan dan karakter)

(Ikrar pendidikan karakter)
(Tampilan depan SMA Negeri 2 Surakarta)
(Gerbang depan SMA Negeri 2 Surakarta)
(Miniatur SMA Negeri 2 Surakarta)
(Miniatur SMA Negeri 2 Surakarta)

(Suasana sekolah saat istirahat)
(Masjid Nurul Ilmi SMA Negeri 2 Surakarta)
Lampiran II
INSTRUMEN MAGANG
No.
Aspek
Indikator
Ya
Tidak
1
Kultur Sekolah
Kedisiplinan warga sekolah

Hubungan sosial antar warga 
sekolah

Hubungan antar sekolah dengan 
komite sekolah

Hubungan antara warga sekolah 
dan orang tua

Sikap peserta didik terhadap 
warga sekolah

Kegiatan rutin warga sekolah

2
Kompetensi Kepribadian
Berperilaku yang dapat diteladani 
peserta didik

Menampilkan diri sebagai pribadi 
yang dewasa, arif, wibawa

Menunjukkan tanggung jawab dan 
etos kerja yang tinggi

Bangga dan percaya diri sebagai 
seorang pendidik

Berperilaku jujur, tegas, adil dan 
manusiawi

Menerapkan kode etik profesi guru

3
Kompetensi sosial
Sikap dan berperilaku sesuai dengan 
norma yang berlaku



Menjalin hubungan baik dengan
teman sejawat, peserta didik
dan orang tua



Beradaptasi dengan lingkungan 
tempat bekerja

Tidak bersikap diskriminatif 
terhadap warga sekolah

Komunikasi ilmiah secara santun, 
empatik, dan efektif.

Bersikap inklusif dan objektif 
terhadap warga sekolah

4.
Kompetensi Pedagogik
Berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran



Mengomunikasikan hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi

Permasalahan peserta didik yang di temui guru.

Upaya guru dalam menangani peserta didik bermasalah

Komitmen guru dalam mengembangkan sekolah

Memanafaatkan ICT dalam pembelajaran













Lampiran III
LOGBOOK
































KOMPETENSI GURU
UNTUK PEDOMAN OBSERVASI/WAWANCARA MAGANG 1
MAHASISWA FKIP UNS 2016
NO
KOMPETENSI
INDIKATOR
SUB INDIKATOR
PERTANYAAN
1
Pedagogik
Pemahaman peserta didik,









1.     Aspek potensi peserta didik 
1.      Potensi apa saja yang ingin dikembangkan oleh sekolah dari setiap peserta didik?
2.      Bagaimanakah pihak sekolah/guru mengetahui potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik?
3.      Bagaimanakah pengembangan potensi peserta didik yang dilakukan pihak sekolah?
2.Mandiri & etos kerja;
1.      Bagaimana kemandirian peserta didik selama mengikuti pembelajaran
2.      Bagaimana semangat belajar peserta didik  dalam mengikuti pembelajaran
3.  Apakah peserta didik dapat menyelesaikan tugas secara mandiri?
3.Berpengaruh positif & disegani;
1.      Apasaja dampak positif dari pembelajaran yang didapat peserta didik?
2.         Bagaimana penerapan pengetahuan yang didapat peserta didik dalam kehidupan sehari-hari?
2
Kepribadian
Mantap & Stabil, Dewasa, Arief, Berwibawa, Akhlak Mulia









1.    Jujur;
1.      Apakah tindakan peserta didik mencerminkan perkataan yang diucapkan?
2. Bagaimana tingkat kejujuran peserta didik?
2.    Menarik,
1.      Bagaimana cara menarik perhatian peserta didik agar tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran?
2. Bagaimana model pembelajaran yang diterapkan bagi peserta didik?
3.    Empati,
1.      Bagaimana menunjukkan sikap empati pada peserta didik?
2. Bagaimana menanamkan sikap empati pada peserta didik?
4.    Kolaboratif,
1.      Apakah peserta didik mampu bekerja secara kelompok?
1.      Bagaimana menanamkan sikap kolaboratif pada peserta didik?
5.    Suka menolong,
1.      Bagaimana menanamkan sikap suka menolong pada peserta didik?
2.      Apakah peserta didik mampu menerapkan sikap suka menolong dalam kehidupan sehari-hari?
3
Sosial
Komunikasi & bergaul dgn peserta didik, kolega, dan masyarakat








1.     Menjadi panutan,
1.      Apakah peserta didik merupakan panutan dalam kehidupan sehari-hari?
2.      Bagaimana menanamkan sifat kepemimpinan bagi peserta didik?
2.     Komunikatif,
1.      Apakah peserta didik komunikatif selama pembelajaran berlangsung?
2.      Apakah  peserta didik mampu bersosialisasi dengan baik?
3.     Kooperatif
1.      Apakah peserta didik kooperatif selama pembelajaran berlangsung?
2.      Bagaimana tingkat kooperatif peserta didik selama kegiatan belajar mengajar?

4
Kultur Sekolah

Memahami kultur sekolah dan lingkungan.

1.    Taat azas dan disiplin terhadap aturan sekolah yang menaungi, menerapkan dlm kehidupan sehari-hari.
1.      Apakah peserta didik mentaati aturan sekolah  dengan baik?
2.   Apakah peserta didik disip;in terhadap aturan sekolah yang telah disepakati.
3.      Apa sangsi yang diberlakukan bila peserta didik tidak mentaati aturan dan disiplin sekolah.
2.    Norma religius & diteladani
1.Apakah peserta didik melaksanakan ajaran agama yang dianutnya?
2. Bagaimana penerapan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari?
3.    Norma hukum  & sosial, rasa bangga,Konsisten dgn norma
1.  Apa saja tata tertib di sekolah?
2.Bagaimana pelaksanaan mengenai tata tertib di sekolah?
3. Bagaimana sanksi bagi peserta didik yang melanggar tata tertib?
4.    Hubungan sosial antar warga sekolah
1.      Apakah warga sekolah mamiliki hubungan sosial yang baik
2.      Apakah warga sekolah memiliki sikap yang positif tterhadap komite sekolah dan orang tua murid dan lingkungan sekitarnya.
3.      Apa saja kegiatan rutin warga sekolah dalam hubungan kekelurgaan dan lingkungan.











Lampiran IV
VISI DAN MISI SEKOLAH

A.    VISI

Menjadi sekolah Unggulan yang berwawasan IMTAQ, Disiplin, IPTEK, Seni Budaya, dan Olahraga.

B.     MISI
1.      Mendorong meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sikap, dan budi pekerti luhur dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Menumbuhkan semangat disiplin yang tinggi kepada seluruh warga sekolah.
3.      Meningkatkan mutu pendidikan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal.
4.      Mendorong semangat seluruh warga sekolah untuk mengembangkan potensi agar lebih berprestasi sesuai dengan bakat dan minatnya.















Lampiran V
Tujuan Sekolah
1.      Meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama dan keyakinan masing-masing warga sekolah.
2.      Menanamkan sikap dan budi pekerti luhur, sopan santun, tata krama, dan gotong royong.
3.      Menumbuhkan dan menanamkan semangat kedisiplinan yang tinggi.
4.      Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien agar hasil ujian semakin lebih baik dan peserta didik yang diterima di PTN dan PTS yang favorit semakin meningkat.
5.      Meningkatkan potensi seluruh warga sekolah untuk menembangkan diri agar kebih berprestasi sesuai dengan bakat dan minatnya (seni budaya, olahraga, dan ilmu pengetahuan).












Lampiran VI
TRANSKIP WAWANCARA
No
Kompetensi
Pertanyaan
Jawaban
1
Paedagogik
4.       Potensi apa saja yang ingin dikembangkan oleh sekolah dari setiap peserta didik?

Siswa masuk berdasarkan nilai, potensi yang perlu dikembangkan adalah input/kemampuan anak diawal masuk sini perlu dikembangkan


5.         Bagaimanakah pihak sekolah/guru mengetahui potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik?
Melalui nilai ujian SMP dan tes tersendiri untuk penjurusan sesuai dengan bakat dan minat


6.         Bagaimanakah pengembangan potensi peserta didik yang dilakukan pihak sekolah?
Dengan cara dikelompokkan ke dalam kelas IPA dan IPS berdasarkan nilai Ujian SMP dan Hasil Tes


3.       Bagaimana kemandirian peserta didik selama mengikuti pembelajaran
Kalau mandiri 100% belum bisa, karena input juga berpengaruh


4.          Bagaimana semangat belajar peserta didik  dalam mengikuti pembelajaran
Semangat peserta didik bagus, memperhatikan dan bekerja sama


5.         Apakah peserta didik dapat menyelesaikan tugas secara mandiri?
Ya, Bisa


3.       Apasaja dampak positif dari pembelajaran yang didapat peserta didik?

Siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu


4.       Bagaimana penerapan pengetahuan yang didapat peserta didik dalam kehidupan sehari-hari?
Kaitannya dengan materi, penerapan sehari-hari masih memakai K13 yang belum direvisi, seperti pembahasan suhu dan kalor, siswa menjadi tahu bahwa isi termometer yang baik adalah air raksa
2
Kepribadian
3.       Apakah tindakan peserta didik mencerminkan perkataan yang diucapkan?

Ya, mencerminkan


4.       Bagaimana tingkat kejujuran peserta didik?
Ya, Patut diacungi jempol


3.       Bagaimana cara menarik perhatian peserta didik agar tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran?

Kita harus variatif dengan beberapa model pembelajaran


4.       Bagaimana model pembelajaran yang diterapkan bagi peserta didik?
Karena K13, jadi melalui pendekatan saintifik


3.       Bagaimana menunjukkan sikap empati pada peserta didik?
Pembelajaran harus menarik, wariatif dalam penyampaian materi dan pemberian tugas


4.       Bagaimana menanamkan sikap empati pada peserta didik?
Guru harus bisa ganti-ganti model pembelajaran


3.       Apakah peserta didik mampu bekerja secara kelompok?
Ya, mampu


4.       Bagaimana menanamkan sikap kolaboratif pada peserta didik?
Dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok


2.       Bagaimana menanamkan sikap suka menolong pada peserta didik?

Di akhir pembelajaran siswa di review dengan diberi soal, yang bisa membantu yang tidak bisa.


3.       Apakah peserta didik mampu menerapkan sikap suka menolong dalam kehidupan sehari-hari?
Ya, sangat mampu
3
Kompetensi Sosial
2.       Apakah peserta didik merupakan panutan dalam kehidupan sehari-hari?

Ya, mampu menjadi panutan


3.       Bagaimana menanamkan sifat kepemimpinan bagi peserta didik?
Dari kerja kelompok dan kerja di laboratorium bisa ditanamkan sikap kepemimpinan


2.       Apakah peserta didik komunikatif selama pembelajaran berlangsung?

Ya, komunikatif


3.       Apakah  peserta didik mampu bersosialisasi dengan baik?
Ya, sangat mampu


2.       Apakah peserta didik kooperatif selama pembelajaran berlangsung?

Ya, kooperatif


3.    Bagaimana tingkat kooperatif peserta didik selama kegiatan belajar mengajar?
Dari tugas kelompok maupun di lab baik
4
Kultur Sekolah
4.       Apakah peserta didik mentaati aturan sekolah  dengan baik?
Ya, sudah menaati


5.       Apakah peserta didik disip;in terhadap aturan sekolah yang telah disepakati?
Ya, InsyaAlla disiplin


6.       Apa sangsi yang diberlakukan bila peserta didik tidak mentaati aturan dan disiplin sekolah.
Dengan diberi peringatan menggunakan kredit point, diingatkan secara tertulis, surat panggilan, dan dikeluarkan.


1.    Apakah peserta didik melaksanakan ajaran agama yang dianutnya?
Ya, dapat melaksanakan ajaran agama.


2.     Bagaimana penerapan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari?
Menghormati dan menghargai perbedaan agama


1.    Apa saja tata tertib di sekolah?
Pakaian, penampilan, kedatangan, dll


2.    Bagaimana pelaksanaan mengenai tata tertib di sekolah?

Pelaksanaan baik, siswa menaati peraturan yang ditetapkan


3.    Bagaimana sanksi bagi peserta didik yang melanggar tata tertib?
Dengan adanya credit poin yang diberlakukan tadi


4.       Apakah warga sekolah mamiliki hubungan sosial yang baik
Ya


5.     Apakah warga sekolah memiliki sikap yang positif tterhadap komite sekolah dan orang tua murid dan lingkungan sekitarnya.
6.    Apa saja kegiatan rutin warga sekolah dalam hubungan kekelurgaan dan lingkungan
Ya


Yang diadakan rutin adalah upacara bendera hari senin, upacara bendera hari besar nasional, acara-acara keagamaan, rangkaian dies natalis, dan bakti sosial.













Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menggali Sumber Historis, Sosiologi, dan Politis Integrasi Nasional di Indonesia, Pengembangan Integrasi di Indonesia, Esensi dan Urgensi Integrasi Nasional

Perbedaan Bentuk-Bentuk Teks Tertulis

BENTUK TES TERTULIS