MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK GAYA DAN CARA BELAJAR PESERTA DIDIK


MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
GAYA DAN CARA BELAJAR PESERTA DIDIK



                


Disusun Oleh :
1.      Frendi Ihwan Syamsudin         /K2316022     
2.      Nur Hikmah                                /K2316037
3.      Nur Wijayanti                             /K2316040
4.      Stefani Viga Gracia P                 /K2316058



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017





KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Gaya dan Cara Belajar Peserta Didik” guna memenuhi tugas dalam mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
      Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa bantuan pihak-pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini, yaitu :
  1. Ibu Dra. Chadidjah HA., M.Pd selaku pengampu mata kuliah Perkembangan Peserta Didik program studi Pendidikan Fisika kelas B 2016
  2. Orang tua kami yang senantiasamemberikandukungandandoa
3.      Teman-teman yang telahmemberikandukungan moral maupun material danpihak-pihak lain yang tidakdapat kami sebutkansatupersatu.
            Berbagai upaya telah kami lakukan guna menyajikan makalah ini dengan baik. Tetapi kami menyadari masih terdapat kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun guna perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga makalah ini berguna bagi pembaca khususnya, bagi masyarakat pada umumnya, dan sebagai sumbangsih untuk bangsa. Aamiin.
Surakarta,  Maret 2017












DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang............................................................................................ 1
B.    Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C.    Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Gaya dan Cara Belajar................................................................................ 3
B.    Memperbaiki dan Meningkatkan Belajar.................................................. 10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................................ 25
B.    Saran.......................................................................................................... 25
  DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 26



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Tidak semua guru mengetahui gaya belajar yang dimiliki siswa, padahal setiap peserta didik memiliki keunikan tersendiri dalam gaya dan cara belajar, berbeda antara satu individu dengan individu yang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kurangnya pengetahuan yang dimiliki guru, kurangnya kepeduliaan atau perhatian guru terhadap siswa, kurangnya persiapan dalam mengajar, kurangnya variasi dan kurangnya fasilitas sebagai media.
Setiap pendidik memiliki tugas untuk mampu menyadari dan memahami gaya dan cara belajar setiap peserta didiknya. Dengan pemahaman tersebut diharapkan pembelajaran yang berlangsung lebih efektif dan efisien. Pengetahuan tentang cara dan gaya belajar sangat membantu para guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang bersifat multi-indrawi, menggunakan indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran juga gerakan. Sehingga guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan individual setiap peserta didiknya.
Makalah ini sedikit mengupas tentang gaya belajar dan cara belajar peserta didik. Hal ini bertujuan agar kita sebagai calon pendidik mampu memahami setiap keunikan peserta didik dalam hal belajar. Isi dari makalah ini secara garis besar memiliki dua point utama yaitu gaya dan cara belajar dan kedua adalah cara memperbaiki dan meningkatkan belajar  pada peserta didik. Dalam point gaya dan cara belajar menjelaskan tentang konsep belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, gaya dan teknik belajar peserta didik. Sementara itu, pada point cara memperbaiki dan meningkatkan cara belajar menjelaskan tentang jenis-jenis dan gaya belajar, pendekatan pembelajaran, dan menjelaskan cara belajar yang efektif dan efisien.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri sebagai calon pendidik yang berkualitas dan berwawasan luas di masa yang akan datang.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana penjelasan tentang konsep belajar ?
2.      Bagaimana penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?
3.      Bagaiamana penjelasan tentang gaya belajar ?
4.      Bagaimana penjelasan tentang cara belajar ?
5.      Bagaimana penjelasan tentang jenis gaya dan cara belajar ?
6.      Apa saja contoh dalam gaya dan cara belajar ?
7.      Apa saja pendekatan cara dan gaya belajar?
8.      Bagaimana penjelasan dan penerapan cara belajar yang efektif dan efisien ?

C.    Tujuan
1.      Dapat mengetahui dan menerangkan  konsep belajar.
2.      Dapat mengetahui dan menerangkan  faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
3.      Dapat mengetahui dan menjelaskan tentang gaya belajar.
4.      Dapat mengetahui dan menjelaskan tentang cara belajar.
5.      Dapat mengetahui dan membedakan jenis gaya dan cara belajar.
6.      Dapat memberi contoh gaya dan cara belajar.
7.      Dapat menerangkan berbagai pendekatan gaya dan cara belajar.
8.      Dapat menerangkan dan menerapkan cara belajar yang efektif dan efisien.




























BAB II
PEMBAHASAN


A.    Gaya dan Cara Belajar
Pengertian gaya dan cara belajar sulit dibedakan, kedua istilah tersebut sering dipakai bersama-sama karena memang mempunyai keterkaitan yang kuat. Namun yang jelas peserta didik mempunyai cara dan gaya belajar yang unik, berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Menjadi tugas pendidik untuk menyadari dan memahaminya. Dengan pemahaman tersebut diharapkan pembelajaran akan berlangsung lebih efektif dan efisien.
Pengetahuan  tentang gaya dan cara belajar membantu para guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang bersifat multi-indrawi, yang melayani sebaik  mungkin kebutuhan individual setiap peserta didik. Dengan memanfaatkan “konsep keragaman” dan menerima gaya/carabelajar yang berbeda, para guru menjadi lebih efektif dalam menentukan strategi-strategi pengajaran dan peserta didik akan menjadi pelajar yang lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar mereka. Sebelum membahas gaya dan cara belajar, ada baiknya bila dibahas terlebih dahulu secara singkat konsep dan faktor-faktor belajar.
1.      Konsep Belajar
Dalam seluruh proses pendidikan, belajar  merupakan kegiatan inti. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan melalui kegiatan belajar . secara psokologis, belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku (baik dalam kognitif, afektif, maupun psikomotor) untuk memperoleh respons yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien.
a.       Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran sendiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan analisis dan evaluasi.
b.      Efektif yaitu kemampuan yang mengutamakan, perasaan, emosi, dan reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisai dan pembentukan pola hidup.
c.       Psikromatik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing pola gerakan dan kreatiftas.
Dalam kegiatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi peserta didik itu sendiri maupun bagi pendidik. Misalnya, bagaimana menciptakan kondisi yang baik agar berhasil, memilih metode dan alat-alat sesuai dengan jenis dan situasi belajar, membuat rencana belajar, menyesuaikan proses belajar dengan keunikan peserta didik, penilaian hasil belajar, diagnosis kesulitan belajar, dan sebagainya. Bagi peserta didik sendiri, masalah-masalah belajar yang mungkin timbul misalnya pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar, menggunakan buku-buku pelajaran, belajar berkelompok, mempersiapkan ujian, memilih mata pelajaran yang cocok, dan sebagainya.

2.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (yang  bersumber dari luar lingkungan).
a.       Faktor lingkungan
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1)             Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, nutrisi (gizi makanan). Kesehatan fisik pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terha­dap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Karena keadaan fisik sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan fisik.
Kedua, kesehatan dan keberfungsian fisik (terutama pancaindera). Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehat­an fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
2)             Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Bebera­pa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, bakat dan percaya diri.
a)              Kecerdasan/ Intelegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampu­an psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteli­gensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit indivi­du itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.
b)             Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendo­rong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergan­tung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
c)              Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
d)             Sikap
Dalam proses belajar, sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha membe­rikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajar­an yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
Menurut W.H. Burton (Syamsu Yusuf LN, dkk, 1992), faktor internal yang mengakibatkan kesulitan belajar adalah sebagai berikut :
a)  Ketidakseimbangan mental atau gangguan fungsi mental : kurangnya kemampuan mental yang  bersifat potensial (kecerdasan); kurangnya kemampuan mental, seperti kurang perhatian, adanya kelainan, lemah dalam berusaha, menunjukkan kegiatan yang berlawanan, kurangnya energi untuk bekerja atau belajar karena kekurangan makanan yang bergizi, kurangnya penguasaan terhadap kebiasaan belajar dan hal-hal fundamental ; dan kesiapan diri yang kurang matang.
b)  Gangguan Fisik : kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat-alat bicara ;dan gangguan kesehatan (sakit-sakitan).
c) Gangguan emosi : merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri dengan berbagai hal, adanya perasaan takut kompleks (tidak karuan), perasaan takut yang  berlebihan (phobia), perasaan ingin melarikan diri atau menghindar dari masalah yang dihadapi, dan ketidakmatangan emosi.
Selain itu juga terdapat faktor eksternal. Faktor ini meliputi aspek-aspek sosial dan nonsosial. Yang dimaksud dengan faktor sosial adalah faktor manusia, baik yang hadir secara langsung (bertatap muka atau berkomunikasi langsung) maupun kehadirannya secara tidak langsung (berupa foto, suara radio, TV, dan tape recorder). Sedangkan yang termasuk faktor nonsosial adalah keadaan suhu udara (panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), suasana lingkungan (sepi, bising, atau ramai), keadaan tempat (kualitas gedung, luas ruangan, kebersihan, ventilasi, dan kelengkapan mebeler), kelengkapan alat-alat atau fasilitas belajar (ATK, alat peraga, buku-buku sumber, dan media komunikasi belajar lainnya).
Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu peserta didik agar mereka berhasil dalam belajar. Untuk itu hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada peserta didik dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Disinilah pentingnya dan perlunya program bimbingan dan konseling untuk membantu mereka agar berhasil dalam belajar.
3.      Gaya Belajar
Tidak semua orang memproses informasi dengan cara yang sama, oleh karena itu kita harus mengetahui bagaimana perbedaan gaya berpikir jika diterjemahkan ke dalam gaya belajar yang berbeda pula. Pemahaman yang baik megenai perbedaan gaya yang mendasar ini sangat penting bagi siapapun yang harus menghadapi seseorang dalam berbagai situasi, bukan hanya dalam proses belajar.
Gaya belajar adalah cara yang lebih disukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses, dan mengerti suatu informasi (Adi W. Gunawan, 2004).
Kecenderungan manusia untuk menyerap informasi, memproses, dan menyimpannya, tampaknya lebih bergantung kepada preferensi yang ternyata lebih bersifat bawaan daripada dipelajari dan terlepas dari pengkondisian di lingkungan sekolah. Demikian halnya dengan peserta didik, mereka lebih senang jika belajar, berkonsentrasi, dan memproses informasi dengan cara yang berbeda dan setiap anak memiliki gaya belajar yang berlainan dan unik. Bertolak belakang dari preferensi gaya orang dewasa, gaya belajar peserta didik akan berubah dan berkembang seiring dengan tumbuhnya mereka.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dunn dan Dunn (dalam Barbara Prashnig, 2007) tentang Model Gaya Belajar yang penelitiannya dilakukan sejak 1979 mengungkapkan bahwa, “tiga per lima gaya belajar bersifat genetis; sisanya diluar ketekunan, bisa dikembangkan melalui pengalaman”.
Dari uraian tersebut dapat disimpilkan bahwa gaya belajar peserta didik bervariasi dan tidak ada yang sama. Adanya keragaman justru membawa hikmah. Pendidikan harus dapat menciptakan kesatuan dalam keragaman tersebut.
Kita bisa membantu menciptakan kesatuan dalam keragaman kehidupan pribadi atau profesional dengan mengakui bahwa perbedaan gaya diperlukan dalam setiap kelompok agar bisa bekerja secara efektif.
Pengetahuan tentang gaya belajar membantu para pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar yang bersifat multi-indrawi, yang melayani sebaik mungkin  kebutuhan individu setiap peserta didik dengan memanfaatkan konsep keragaman dan menerima gaya yang berbeda, para guru menjadi lebih efektf dalam menenttukan strategi-strategi pengajaran dan murid akan menjadi pelajar yang lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar mereka.
Dengan adanya perbedaan gaya belajar, maka pendidik harus dapat memanfaatkan gaya peserta didik yang unik, sehingga pendidik tidak salah dalam menilai peserta didik. Mereka sebenarnya punya potensi yang harus dikembangkan.
Sering kali kita mengetahui adanya peserta didik yang nampaknya bodoh dan sering mengalami kehilangan gairah untuk belajar seumur hidup, namun apabila mereka didorong untuk belajar dengan cara mereka sendiri dengan memanfaatkan preferensi gaya mereka sendiri yang unik, biasanya mereka sangat bergairah menyelesaikan tugas-tugas mereka dan mereka menjadi suka belajar. Oleh karena itu, sebagai pendidik kita harus mengenal potensi mereka. Gaya unik mereka dan cara mereka menyerap informasi secara efektif, dengan sendirinya akan mencapai tujuan sebagai suatu peserta didik yang sukses dengan gaya mereka sendiri.
4.      Cara Belajar
Peserta didik mempunyai cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri. Ini antara lain terkait dengan gaya belajar mereka, apakah mereka termasuk tipe visual, auditif, atau kinestetis (campuran). Peserta didik perlu menemukan gaya/tipe dirinya serta cara belajar yang cocok dengan keadaan dan kemampuan dirinya. Ini sesuain dengan pendapat Barbara Prashnig dalam The Power of Learning Syules (2007).
Cara seseorang memecahkan masalah, belajar dan mengingat secara efektif merupakan kunci kesuksesan. Meskipun setiap orang mempunyai kekuatan untuk belajar, namun hanya sebagian dari kita yang benar-benar memanfaatkannya dengan sepenuhnya. Hal itu disebabkan karena setiap orang memiliki gayanya masing-masing dalam belajar, bekerja, dan berkonsentrasi untuk sesuatu yang benar-benar sulit, tetapi sangat sedikit yang melaksanakannya dengan cara yang paling tepat bagi dirinya. Sudah terlalu sering kita dikondisikan agar hanya menggunakan satu gaya yang hanya sesuai untuk sebagian orang, tetapi tidak untuk kita semua.
Keberhasilan seseorang dalam belajar ditentukan oleh bagaimana keterampilan orang tersebut di dalam kegiatan belajarnya. Seorang siswa dalam situasi belajar harus mampu terampil dalam menciptakan suasana yang kondusif untuk pencapaian tujuan belajarnya. Keterampilan dalam belajar ini menyangkut tentang cara-cara belajar yang efektif dan efisien, sebab banyak siswa gagal dalam belajarnya dikarenakan tidak mengetahui cara bagaimana cara belajar yang baik dan tepat. Kegagalan itu sebenarnya tidak perlu terjadi karena di dalam diri siswa terdapat potensi yang mungkin bila dibina akan mendapatkan suatu kesuksesan yang gemilang.
Walaupun sering pula kita menjumpai siswa-siswa yang sukses dan berhasil dengan nilai yang tinggi atau berprestasi baik tanpa mengetahui cara-cara yang beik. Ini suatu kenyataan yang tidak perlu lagi disangkal kebenarannya. Tetapi paling tidak si pelajar yang sukses tadi mesti berbuat sesuatu dalam mengikuti pelajaran, seperti mendengarkan dengan baik dan penuh perhatian terhadap guru yang mengajarnya, menyimpan dan mengingat informasi-informasi yang diterimanya dari guru ataupun teman-temannya. Hal itu menandakan bahwa siswa tersebut tidak mengetahui bagaimana cara belajar yang baik, namun sudah berhasil dalam studinya. Apabila siswa tersebut mampu dan  mau mempelajari dan mempraktekkan cara belajar yang baik, niscaya kegiatan belajarnya akan lebih berhasil lagi dan mendapatkan hasil belajar yang sangat memuaskan.
Cara-cara atau teknik belajar ini bukanlah suatu azimat, tetapi ada baiknya dipelajari, dipakai, dan dipraktekkan, sebab menguasai cara-cara teknik belajar akan membuat kita lebih berhasil.

B.     Memperbaiki dan Meningkatkan Belajar
Penelitian selama 25 tahun terakhir, terutama yang dilakukan oleh St. John’s University di New York, membuktikan bahwa peserta didik mempu mempelajari subjek apapun dengan berhasil apabila metode intruksi yang digunakan sesuai dengan preferensi pembelajaran individual mereka. Apabila keragaman manusia dipertimbangkan dan diperhatikan dalam proses belajar, dalam penugasan keterampilan, maka hasilnya akan selalu positif, yaitu pelajar merasa senang, memperoleh sensasi keberhasilan, meraih sesuatu tanpa frustasi dan stress, mengalami peningkatan motivasi, dan selalu mengendalikan proses belajar (Barbara Prashneg, 2007).
Dari nuraian di atas jelas apabila peserta didik dibiarkan belajar dengan gaya mereka sendiri dan menemukan lingkungan yang sesuai dengan apa yang peserta didik inginkan, maka mereka akan mampu melakukan dengan baik dan hasilnya akan baik pula.
Untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan belajar peserta didik, maka seorang pendidik harus mengetahui gaya belajar. Dengan pengetahuan tentang gaya belajar, diharapkan mereka mampu  menyesuaikan cara belajar yang efektif dan efisien.
1.      Jenis-Jenis Gaya dan Cara Belajar
Gaya belajar adalah cara yang lebih disukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses, dan mengerti suatu informasi.
Sejak awal tahun 1997, telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengenali daan mengkategorikan cara manusia belajar dan cara memasukkan informasi ke dalam otak. Secara garis besar, ada tujuh pendekatan yang umumnya dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda dan dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variasinya masing-masing (Adi W. Gunawan, 2004). Ketujuh cara belajar tersebut adalah :
a.       Pendekatan berdasarkan pada pemrosesan inforrmasi.
b.      Pendekatan berdasarkan pada kepribadian.
c.       Pendekatan berdasarkan pada modalitas sendiri.
d.      Pendekatan berdasarkan pada lingkungan, yaitu seperti menentukan respons yang berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional.
e.       Pendekatan  berdasarkan pada interaksi sosial, yaitu dengan menentukan cara yang berbeda dalam hubungan dengan orang lain.
f.       Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan.
g.      Pendekatan berdasarkan pada wilayah otak, menentukan dominasi relatif dari berbaggai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan.
Dalam genius learning strategy, 2004, Rita dan Ken Ounn dari St. John’s University New York, telah menciptakan suatu kerangka belajar yang menggabungkan beberapa pendekatan di atas. Menurut mereka ada lima kategori dan 21 elemen yang menjelaskan tentang gaya belajar. Gaya belajar dari setiap orang ini merupakan kombinasi dari semua lima kategori ini :
1)      Lingkungan : Suara, cahaya, temperatur, desain.
2)      Emosi           : Motivasi, keuletan, tanggung jawab, struktur.
3)      Sosiologi      : Sendiri, berpasangan, kelompok tim, dewasa, bervariasi.
4)      Fisik             : Cara pandang, pemasukan, waktu, mobilitas.
5)      Psikologis     : global/analitis, otak kiri-otak kanan, implusif reflektif.
Menurut Thomas L. Madden dalam buku fire up your learning (2002), ada lima gaya menyerap informasi yang sifatnya tradisional, yaitu :
a.       Auditori (Melalui indera pendengaran)
b.              Kinestetis (Melalui indera peraba)
c.              Visual (Melalui indera pengelihatan)
d.             Olfaktori (Melalui indera penciuman)
e.              Gustatori (Melalui indera pengecap)
Kita akan memfokuskan pada tiga Gaya Belajar Utama, yaitu visual, auditori, dan kinestetis. Gaya belajar olfaktori dan Gustatori akan memiliki aplikasi terbatas. Tetapi keduanya merupakan proses belajar yang bagus sekali. Gunakanlah kedua gaya itu ketika mempelajari kelas memasak, kelas kimia, atau kelas-kelas lain dimana kedua ini dapat digunakan.
Semua gaya belajar yang dijelaskan diatas mempunyai kelebihan dan keunggulan masing-masing. Terdapat  berbagai pendekatan dalam menentukan gaya belajar, karena setiap pendekatan yang digunakan mengakses aspek yang berbeda pada proses kognitif.
Walaupun ada banyan pendekatan dalam hal gaya belajar, namun hal yang paling penting adalah bagaimana pengetahuan mengenai gaya belajar ini dapat kita gunakan untuk  membantu kita dalam memaksimalkan proses pembelajaran, karena kita harus mengerti gaya belajar peserta didik sehingga tidak terlalu terpaku pada satu gaya saja, mengakomodasikan gaya belajar yang berbeda tetapi ttidak mencoba memaksakan diri menuruti kemauannya, dan mulai menyadari bahwa gaya belajar patut diperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Berdasarkan berbagai pendekatan yang ada, yang paling populer dan sering digunakan saat ini ada tiga, yaitu :
a.              Pendekatan berdasarkan preferensi sensori, yaitu visual, auditori, dan kinestetik.
b.              Profil kecerdasan, dikembangkan oleh Howard Gardner. Menurut Gardner, manusia mempunyai delapan kecerdasan, yaitu linguistik, logika/matematika\, interpersonal, musik, naturalis, spasial, dan kinestetik.
c.              Pendekatan berdasar wilayah otak (dominasi relatif dari berbagai wilayah otak) antara lain dominasi otak kanan dan otak kiri.

2.      Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran
a.              Pendekatan Preferensi Sensori
Setiap individu adalah unik, sebagian peserta didik belajar terutama dengan menggunakan keterampilan auditori untuk memproses informasi yang didengar. Sebagian lagi lebih menggunakan keterampilan visual untuk memperoleh informasi yang sama. Pembelajar visual suka melihat gambar atau informasi bentuk tulisan, tetapi sebagian lagi suka menggunakan keterampilan fisik yang juga disebut pembelajar kinestetis, suka menyentuh peralatan dan belajar dengan baik melalui peran peragaan.
Secara umum, kita menggunakan tiga preferensi sensori yaitu berdasarkan pada visual (penglihatan), auditori (pendengaran), dan kinestetik (sentuhan dan gerakan). Ini yang kita kenal dengan nama modalitas V-A-K.
Bila kita bicara mengenai preferensi sensori, ini tidak berarti bahwa individu tidak dapat mengakses atau menggunakan sistem laijn yang ada. Dengan mengetahui modalitas dan gaya belajar, kini peserta didik telah mendapatkan gambaran yang jelas tentang cara belajar yang benar-benar sesuai untuk peserta didik.
1)             Orang visual akan sangat mudah melihat atau membayangkan apa yang dibicarakan. Mereka sering melihat gambar yang berhubungan dengan kata atau perasaan dan mereka akan mengerti suatu informasi bila mereka melihat kejadian, melihat informasi itu tertulis atau tidak tertulis.
2)             Orang auditori mengekspresikan diri mereka melalui suara, baik itu melalui komunikasi internal dengan diri sendiri maupun eksternal dengan orang lain. Bila hendak menuliskan sesuatu, orang ini akan mendengarkan suara dari apa yang akan ia tulis. Bila ia harus bertemu dan akan berbicara dengan seseorang yang baru ia kenal, ia akan melakukan latihan mental mengenai apa saja yang akan ia katakan dan bagaimana cara mengatakannya.
3)             Orang kinestetik sangat peka terhadap perasaan atau emosi dan pada sensasi sentuhan dan gerakan. Bila diminta untuk menuliskan suatu kata, orang ini akan merasakan dulu kata tersebut, baru setelah itu menuliskan kata tersebut. Orang kinestetik akan belajar maksimal dalam suatu kondidid dimana banyak keterlibatan fisik dan gerakan.
Dari ketiga gaya belajar tersebut, secara rinci akan dibahas masing-masing gaya tersebut sebagai berikut :
a)       Pembelajar Visual
Pembelajar Visual memproses informasi dengan cara melihat.
1)) Pembelajar Visual suka mengikuti gambar dan membaca petunjuk. Mereka bicara dengan cepat, tetapi jawaban mereka umumnya singkat dan monoton.
2)) Para pembelajar Visual cenderung melamun atau memikirkan hal lain selagi mendengarkan.
3)) Para pembelajar Visual menerima suatu hal berdasarkan penampilannya.
4)) Pembelajar Visual suka akan warna dan keerapian. Peta belajar, kertas post-it berwarna cerah, dan catatan yang diwarnai merupakan alat-alat belajar yang bermanfan bagi mereka.
5)) Para tipe Visual dapat belajar dalam lingkungan yang fleksibel. Suara ribut tidak mengganggu mereka. Satu hal yang mengganggu fleksibilitas mereka adalah orang yang duduk di depan mereka atau menghalangi pemandangan.
6)) Pembelajar visual perlu duduk di tempat yang memungkinkan mereka melihat seluruh pemandangan di hadapan mereka.
7)) Bagi tipe visual, melihat informasi itu sangatlah penting. Umumnya mereka mengambil pena dan kertas untuk menjelaskan sesuatu atau mengingat sesuatu. Mereka lebih suka membuatkan peta untuk Anda daripada hanya memberitahukan arah.
Berikut tipe gaya dan cara belajar untuk pembelajar visual :
a)) Buatlah sebuah sketsa, rencana, flow chart, atau diagram dari apa yang Anda pelajari. Bentuk visual ini mungkin lebih berarti bagi Anda. Jika sebuah subyek pembelajaran dipresentasikan ndengan menggunakan banyak grafik, poster, chart, dan diagram, seorang pembelajar visual akan lebih mudah menyerap fakta yang disampaikan.
b)) Ketika membaca teks, gunakan spidol warna untuk mengidentifikasikan informasi baru. Penggunaan warna akan merangsang bagian otak tengah yang emosional dan emosi membantu Anda mengembangkan memori yang kuat.
c)) Para pembelajar Visual dapat langsung membayangkan sebuah konsep.
d)) Para pembelajar Visual seringkali memejamkan mata mereka dan membayangkan subyek pikiran mereka. Gambar yang dihasilkan akan detail dan nyata.
b)      Pembelajar Auditori
a))  Para tipe auditori cenderung saling bergantung. Si pembelajar ingin bekerja dalam kelompok atau bersama teman.
b)) Pembelajar audotori dapat bekerja sendirian, tetapi mereka suka membantu orang lain dalam kelompok. Penguasaan suatu subyek berkaitan langsung dengan kesuksesan kelompok.
c))  Tipe auditori menyukai kata-kata yang diucapkan.
d)) Tipe auditori suka mendengarkan informasi atau menyampaikan informasi. Mereka suka berdiskusi dengan orang lain mengenai apa yang sedang mereka pelajari dan tidak punya kesulitan untuki mengambil data yang mereka perlukan dengan mendengarkan kuliah atau kaset tentang subyek tersebut.
e)) Para tipe auditori merasa terbantu dengan mendengarkan apa yang mereka baca. Membaca hingga Anda mendengarkan suara Anda sendiri merupakan teknik yang membantu cara belajar ini. Nada suara yang digunakan dapat divariasikan agar apa yang dibaca menjadi lebih dapat diingat.
f)) Para pembelajar audotori cenderung mandiri. Mereka lebih suka bekerja sendiri. Kehadiran orang lain cenderung mengganggu percakapan internal mereka.
g)) Para pembelajar auditori dapat bekerja dalam kelompok kecil atau bersama seorang teman, tetapi menjadi kurang efektif jika berada dalam lingkungan yang ribut.
h)) Pada akhir diskusi kelas, catatlah kata-kata kunci yang berkaitan dengan apa yang dipelajari. Kata-kata kunci itu akan merangsang diskusi internal tentang apa yang terjadi selama di kelas.
c)                  Pembelajar Kinestetis
a)) Para tipe kinestetis kadang-kadang disebut tipe Taktis atau Fisik. Mereka menyerap informasi dengan bergerak, berbuat, dan menyentuh.
b)) Para tipe kinestetis berpikir dengan sangat baik sambil berjalan hilir mudik. Mereka cenderung sering menggunakan gerakan atau membuat ekspresi wajah yang berlebihan selama percakapan. Mereka dapat mengingat subyek pembelajaran atau lokasi dengan sangat baik setelah mereka mengalami subyek itu.
c)) Para tipe kinestetis cenderung bergantung kepada lapangan. Mereka lebih suka belajar dalam lingkungan kontekstual. Kunjungan lapangan, eksperimen langsung, dan aplikasi hidup yang sebenarnya sangatlah penting.
d)) Para tipe kinestetis ingin mencoba dulu, baru kemudian membaca apa yang baru saja mereka lakukan. Buku teks dan kuliah hanya membantu sedikit. Selain itu, novel action atau laga memotivasi mereka.
e)) Seorang kinestetis perlu terlibat secara fisik dalam apa yang mereka pelajari. Kegiatan langsung membuat model atau contoh, menjalani proses, atau secara fisik memeragakan skenario adalah hal-hal yang membantu pembelajar kinestetis untuk memperoleh data yang mereka perlukan.
f)) Seorang pembelajar kinestetis akan lebih memilih memeragakan sesuatu daripada menggambarnya atau menguraikannya secara verbal.
b.  Pendekatan Multiple Intelegenses
Dalam beberapa tahun terakhir, profesor pendidikan dari Harvard, Howard Gardner, telah menjadi salah satu dari banyak orang yang memberikan kontribusi penting terhadap pengertian kita tentang kecerdasan manusia. Dia mengembangkan teori kecerdasan majemuk (multiple intelegences/MI) yang berbasis pada penelitian neurobiologis, yang menyatakan bahwa otak manusia adalah organ yang sangat kompleks dengan kapasitas yang jauh lebih besar untuk belajar ketimbang yang saat ini dipakai oleh manusia. Awalnya, Gardner mendefinisikan paling tidak tujuh kecerdasan berbeda yang kesemuanya bekerja sama dalam otak secara terpadu meskipun masing-masing bisa diidentifikasi dan mampu mengalami peningkatan (Gardner, 1999).
Tujuh kecerdasan asli yang dikemukakan oleh Gardner adalah sebagai berikut :
1)                 Kecerdasan Linguistik (Bahasa)
Kecerdasan ini ditunjukkan dengan kemampuan membaca dan menulis dengan baik. Orang yang kuat dalam wilayah ini juga memiliki keterampilan mendengar yang sangat berkembang, perbendaharaan kata yang luas, dan ejaan terasa mudah bagi mereka.
2)                 Kecerdasan Logika-Matematika
Kecerdasan ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk berpikir, menghitung, dan menangani pemikiran logis. Orang yang kuat dalam wilayah ini sangat mampu menganalisis dan mengklasifikasikan informasi, membuat teori, dan menciptakan pola-pola dan hipotesis-hipotesis.
3)                 Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan ini ditunjukkan dengan kemampuan berpikir dalam gambar dan citra, melihat segala sesuatu dalam keterkaitannya dengan yang lain, mengarahkan, mengambil foto-foto yang bagus, dan merasakan dunis visual dengan tepat. Orang yang kuat dalam wilayah ini sering memiliki keterampilan melukis atau memahat, bahkan dengan sedikit saja melihat atau tidak melihat sama sekali.
4)                 Kecerdasan Musikal
Kemampuan menyanyi, memainkan alat musik, membuat komposisi, mmengapresiasi dan menghasilkan irama, titik nada, dan bentuk-bentuk ekspresi musik. Orang yang kuat dalam wilayah ini bisa menyuarakan suatu nada, memiliki telinga musikal yang baik dan peka akan suara-suara di sekelilingnya.
5)                 Kecerdasan Jasmani-Kinetik
Kontrol dari gerakan tubuh dan kapasitas untuki menangani obyek-obyek dengan sangat terampil memungkinkan orang tersebut mengekspresiakan dirinya secara fisik, aktif dalam olahraga, dan mengetahui berbagai hal melalui tubuh mereka. Gerakan dan kegiatan fisik menjadi sangat penting bagi mereka.
6)                 Kecerdasan Interpersonal
Kemampuan untuk bekerja dan berinteraksi secara peka dengan orang lain, memiliki tanggung jawab sosial, dan rasa iba. Orang yang kuat dalam wilayah ini dapat mendengarkan secara efektif, bernegosiasi mengangani konflik, bekerja sama, dan bergaul akrab dengan kelompok-kelompok orang yang beragam.
7)                 Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan mengakses dan memahami perasaan terdalam, kelemahan, kekuatan, dan hasrat seseorang, mengingat-ingat pengalaman, memikirkan pemikiran (metakognisi), dan membedakan kondisi-kondisi emosi di dalam diri manusia. Orang ini sering kali memiliki pendapat yang kuat dan lebih suka dibiarkan sendiri.
Berdasarkan ketujuh kecerdasan tersebut, maka dapat diusahakan pendidik adalah sebagai berikut :
1)             Kecerdasn Linguistik
a)             Kurangi waktu bicara Anda dana beri kesempatan lebih banyak kepada murid untuk berbicara.
b)             Libatkan diskusi, debat, dan collaborative learning.
c)             Beri kesempatan pada anak untuk menjelaskan pengertiannya dengan menggunakan bahasanya sendiri.
d)            Gunakan teknik kata atau kalimat kunci.
e)             Ajarkan dan minta anak untuk menyusun presentasi atau makalah.
f)              Ajarkan pada anak teknik berbicara dan mendengar yang baik dan benar.
2)             Kecerdasan Matematika dan Logika
a)             Jelaskan langkah yang Anda gunakan dalam mengajar dan jelaskan mengapa Anda menggunakan cara tersebut.
b)             Sering-sering menggunakan nangka atau permainan yang melibatkan angka.
c)             Carilah hubungan antara matematika dan praktek kehidupan sehari-hari.
d)            Ajarkan cara melakukan kategorisasi, klasifikasi, prioritas, dan keterampilan memprediksi.
e)             Ajarkan metode pemecahan masalah yang dapat digunakan dalam berbagai disiplin ilmu dan keadaan.
f)              Promosikan permainan yang melibatkan kemampuan berpikir lateral, misalnya dengan memberikan lateral thinking puzzle.
3)             Kecerdasan Visual dan Spasial
a)             Gunakan poster atau peta pikiran sebagai referensi.
b)             Ganti poster atau peta pikiran secara rutin.
c)             Ajarkan cara membuat peta pikiran, poster, flowchart atau grafik untuk melengkapi kemampuan nmurid dalam mencatat.
d)            Gunakan model atau alat peraga.
e)             Beri tugas yang melibatkan pembuatan gambar atau poster.
f)              Gunakan tubuh Anda sebagai alat bantu visual dan spasial dalam menyampaikan materi pembelajaran.
4)             Kecerdasan Musikal
a)             Gunakan musik sebagai tanda waktu untuk mengerjakan tugas, untuk memulai dan mengakhiri sesi pembelajaran, atau mengubah moos dan untuk meningkatkan energi atau relaksasi.
b)             Gunakan musik untuk membantu mengingat materi.
c)             Ajarkan dan tingkatkan ketertarikan murid padaa musik melalui pelatihan atau kegiatan ekstra kurikuler.
d)            Beri kesempatan kepada murid untuk menceritakan musik kesukaannya, mengapa ia suka musik dan izinkan ia memainkan atau mendengarkan musik itu di kelas.
e)             Bermain dengan musik/lagu dengan cara mengulangi lirik, nada, tempo, volume atau keras-lembut, sebagai bagian dari eksplorasi ke dunia musik.
f)              Memainkan berbagai jenis lagu atau musik dan meminta mueid untuk menjelaskan apa yang mereka rasakan.
5)             Kecerdasan Jasmani-Kinestetik
a)             Libatkan fisik secara umum dalam proses pembelajaran.
b)             Lakukan rehearsal melalui gerakan, permainan peran, simulasi, dan kegiatan praktis lainnya.
c)             Berikan rehat fisik secara rutin sambil melakukan permainan, seperti Brain Gym.
d)            Beri kesempatan pada murid untuk mengungkapkan pengertiannya dengan membuat atau memanipulasi obyek.
e)             Buatlah montase atau mural.
f)              Tetapkan target untuk meningkatkan diri dalam bidang olahraga atau kecakapan yang melibatkan kemampuan koordinasi tubuh.
6)             Kecerdasan Interpersonal
a)             Kembangkan kerjasama diantara murid.
b)             Lakukan pengelompokan secara acak maupun dengan kriteran tertentu.
c)             Jelaskan cara Anda melakukan pengelompokan dan ragam dari metode pembelajaran yang Anda gunakan.
d)            Ajarkan pada murid bagaimana bersikap dan bermain dengan rekannya.
e)             Tetapkan aturan kelas bersama dengan murid.
f)              Tetapkan tujuan pembelajaran dan bekerja bersama mencapai tujuan itu.
7)              Kecerdasan Intrapersonal
a)             Sediakan waktu yang cukup untuk melakukan refleksi dan berpikir.
b)             Bersikap sabar dan menjawab pertanyaan yang bersifat terbuka dan filosofis (membutuhkan jawaban mendalam).
c)             Pelajari filosofi untuk anak-anak dan mulai menggunakannya sebagai tambahan materi pembelajaran.
d)            Perhatikan dan hargai perasaan dan motivasi sebagai bagian dari kesempatan berbagi cerita, pengalaman, dan kesan.
e)             Gunakan peta pikiran dan tembok aspirasi/mural.
f)              Gunakan label positif untuk setiap anak.
8)             Kecerdasan Naturalis
a)             Belajar di alam terbuka.
b)             Mempelajari kejadian alam seperti gempa bumi, gunung meletus, hujan, dan banjir, pasang surut air laut dan apa implikasinya bagi umat manusia.
c)             Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi ekosistem.
d)            Mempelajari pengaruh perbuatan manusis terhadap alam, baik itu pengaruh positif maupun negatif, langsung maupun tidak langsung.
e)             Memelihara hewan atau tanaman di sekolah/kelas dan berinteraksi dengan mereka secara rutin.
f)              Melakukan perjalanan ke lingkungan, misalnya ke kebun raya atau ke taman safari.
b.    Pendekatan Berdasarkan Wiayah Otak
Ada pengaruh dominasi otak kiri dan otak kanan terhadap gaya belajar. Pengaruh ini disebabkan karena fungsi-fungsi dasar yang berbeda-beda dari belahan otak tersebut. Gaya belajar dipengaruhi oleh adanya dominasi otak kiri dan otak kanan.
Berdasarkan penelitian terhadap Model Gaya Belajardari Dunn dan Dunn telah membuktikan bahwa tipe orang yang memproses dengan otak-kiri lebih menyukai lingkungan belajar dan bekerja dengan suasana sunyi, pencahayaan yang terang, dan dirancang secara formal. Mereka tidak memerlukan makanan camilan dan bisa belajar atau bekerja deengan kondisi terbaik saat sendiri atau dengan kehadiran figur yang berwenang.
Sebaliknya, kebanyakan tipe orang yang memproses dengan otak kanan lebih menyukai pengalihan, kebisingan atau musik, pencahayaan redup, rancangan informal, makanan camilan, mobilitas dan interaksi dengan rekan lain di tempat kerja atau selama belajar atau sedang berkonsentrasi.
Walaupun demikian, mereka yang mampu mengintegrasikan penggunaan kedua belah otak jelas dalam keadaan lebih baik, karena mereka mampu memanfaatkan fleksibilitas untuk menyesuaikan diri dalam situasi apapun yang memerlukan keterampilan berpikir secara logis, analitis, sekuensial (berurutan), atau pendekatan holistis, simultan, dan intuitif.
3.      Cara Belajar yang Efektif dan Efisien
Belajar merupakan kegiatan yang bersifat kompleks, sebab keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kegiatan tersebut. Dalam melakukan kegiatan belajar, seseorang harus mempersiapkan diri sebaik mungkin dan bersedia untuk berkorban di dalam menunjang kegiatan belajar. Motivasi dalam kaitannnya dengan kegiatan belajar merupakan faktor yang harus ada dan kuat posisinya dalam menentukan keberhasilan belajar. Di samping itu, kegiatan belajar membutuhkan tenaga/energi yang banyak sehingga kondisi fisiologis  maupun psikologis harus betul-betul dalam keadaan baik.
Keberhasilan seseorang dalam belajar ditentukan oleh bagaimana keterampilan orang tersebut di dalam kegiatan belajarnya. Seorang siswa dalam situasi belajar harus terampil dalam menciptakan suasana yang kondusif untuk pencapaian tujuan belajarnya. Keterampilan dalam belajar ini menyangkut tentang cara-cara belajar yang efektif dan efisien, sebab banyak siswa yang gagal dalama belajarnya dikarenakan tidak mengetahui bagaimana cara belajar yang baik dan tepat. Kegagalan itu sebenarnya tidak perlu terjadi karena di dalam diri siswa terdapat potensi yang mungkin bila dibina akan mendapatkan suatu kesuksesan yang gemilang. Disinilah pentingnya seseorang mengenal kemampuan mereka sendiri, termasuk didalamnya pemahaman tentang gaya dan cara belajar yang tepat yang sesuai dengan dirinya sendiri.
Belajar yang efektif dan efisien dapat menuntun anak untuk meningkatkan kemampuan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif, siswa perlu memperhatikan beberapa hal yang sangat berpengaruh bagi keberhasilah dalam belajar, yaitu :
a.              Kondisi Internal
Kondisi internal yaitu kondisi yang ada di dalam diri individu itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanan, ketenteraman, dan sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-kebutuhan internalnya dapat dipenuhi. Kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi antara lain :
1)             Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan Psikologis yaitu kebutuhan jasmani, misalnya kebutuhan akan  makan dan minum. Untuk dapat belajar dengan efektif dan efisien, siswa harus sehat, jangan sampai sakit, karena dapat mengganggu kerja otak yang mengakibatkan terganggunya kondisi dan konsentrasi belajar seseorang.
2)             Kebutuhan akan keamanan
Manusia membutuhkan ketenteraman dan keamanan jiwa. Perasaan kecewa, dendam, takut akan kegagalan, ketidakseimbangan mental, dan kegoncangan-kegoncangan emosi yang lain dapat mengganggu kelancaran belajar seseorang. Oleh karena itu agar cara belajar siswa dapat ditingkatkan ke arah yang efektif, maka siswa harus dapat menjaga keseimbangan emosi, sehingga perasaan aman dapat tercapai dan pikiran dapat dipusatkan paada materi pelajaran yang ingijn dipelajari.
3)             Kebutuhan akan status
Kebutuhan seseorang akan status merupakan kebutuhan primer seseorang, misalnya keinginan akan keberhasilan. Setiap orang akan berusaha agar keinginannya dapat berhasil. Untuk kelancaran belajar, siswa perlu optimis, percaya akan kemampuan diri, dan yakin bahwa ia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Siswa harus yakin bahwa apa yang dipelajarinya merupakan hal-hal yang kelak akan banyak gunanya bagi dirinya.
4)             Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta
Manusia dalam hidupnya membutuhkan kasih sayang dari orang lain. Disamping itu, ia akan merasa berbahagia apabila dapat memberikan cinta kasih pada orang lain pula. Keinginan untuk diakui sama dengan orang lain merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, belajar dengan cara berkelompok (bersama) dapat meningkatkan pengetahuan dan ketajaman berpikir. Untuk itu diperlukan berpikir yang terbuka, kerja sama, memilih materi yang tepat, dan ditunjang dengan contoh-contoh yang nyata.
5)             Kebutuhan self-actualization
Tiap orang tentunya berusaha untuk memenuhi keinginan yang dicita-citakannya. Oleh karena itu siswa harus yakin bahwa dengan belajar yang baik akan dapat membantu tercapainya cita-cita yang diinginkannya.
b.             Kondisi Eksternal
Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri individu itu sendiri. Faktor eksternal antara lain adalah lingkungan fisik, seperti tempat belajar, suhu, dan suara. Pengaturan kondisi eksternal yang efektif adalah yang sesuai dengan kondisi (tipe/gaya) peserta didik. Selain itu para peserta didik perlu diberi bantuan agar mereka dapat belajar secara efektif.
Layanan bantuan yang seharusnya diberikan kepada siswa adalah bimbingan belajar. Bimbingan belajar ini meliputi beberapa kegiatan layanan, baik yang bersifat preventif maupun kuratif. Layanan yang bersifat preventif di antaranya adalah pemberian layanan informasi sebagai berikut :
1)             Sikap dan kebiasaan belajar yang positif.
2)             Cara membaca buku yang efektif.
3)             Cara membuat catatan pelajaran.
4)             Cara mengikuti kegiatan belajar di dalam dan di luar kelas.
5)             Cara belajar kelompok.
6)             Teknis penyusunan laporan
























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Belajar adalah proses aktif dari pelajar menyangkut masalah aktivitas fisik dan mental yang dibarengi dengan perasaan. Kemampuan belajar tiap individu berbeda, karena perbedaan faktor hereditas (bakat dan tingkat kecerdasan), minat, umur, pengalaman, tingkat pendidikan, dan keadaan fisik. Belajar dilakukan melalui indera, karena indera merupakan pintu masuknya semua rangsangan (stimulasi) belajar kepada seseorang. Semakin banyak indera dilibatkan, maka akan semakin baik hasil belajarnya. Tidak semua peserta didik memproses informasi dengan cara yang sama. Mereka mempunyai gaya dan cara tersendiri yang unik. Gaya belajar adalah cara yang paling disukai dalam melakukan kegiatan (belajar) memproses dan mengerti suatu informasi. Pemahaman tentang gaya dan cara belajar sangatlah penting dalam rangka memaksimalkan proses pembelajaran. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan multimedia yang bisa mengakses semua indera, melayani kebutuhan peserta didik secara individual. Dengan demikian peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien. Disamping gaya dan cara belajar, faktor lain yang mempengaruhi efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar adalah keadaan fisik dan psikologis peserta didik.
B.     Saran
            Seorang guru hendaknya memahami cara dan gaya belajar setiap peserta didiknya yang berbeda-beda. Dari pemahaman tersebut diharapkan peserta didik lebih mudah menangkap materi yang disampaikan oleh guru sehingga tercipta kegiatan belajar yang efektif dan efisien.







DAFTAR PUSTAKA

































Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menggali Sumber Historis, Sosiologi, dan Politis Integrasi Nasional di Indonesia, Pengembangan Integrasi di Indonesia, Esensi dan Urgensi Integrasi Nasional

Perbedaan Bentuk-Bentuk Teks Tertulis

BENTUK TES TERTULIS